Nationalgeographic.co.id—Generasi Alpha, anak-anak yang lahir antara tahun 2010 hingga 2025, diprediksi akan menjadi generasi yang paling menanggung dampak terburuk dari perubahan iklim. Hal ini diungkapkan dalam sebuah studi terbaru yang dipublikasikan di Nature.
Studi tersebut memperingatkan bahwa anak-anak yang lahir hari ini akan mengalami dua hingga tujuh kali lebih banyak peristiwa iklim ekstrem dibandingkan mereka yang lahir pada tahun 1960.
Mereka akan menghadapi kondisi iklim ekstrem dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan anak-anak dari keluarga miskin menjadi kelompok yang paling terdampak, demikian peringatan para ilmuwan.
Para peneliti menganalisis paparan manusia terhadap berbagai ekstrem iklim — seperti gelombang panas, banjir, kekeringan, kebakaran hutan, siklon, dan gagal panen.
Hasilnya menunjukkan bahwa anak-anak yang lahir pada tahun 2020 akan mengalami peristiwa ekstrem yang sebelumnya hanya terjadi sekali dalam 10.000 tahun sebanyak dua hingga tujuh kali lebih sering dibandingkan mereka yang lahir pada tahun 1960.
Itu pun jika pemanasan global terus berlangsung sesuai kebijakan saat ini dan suhu bumi meningkat hingga 2,7 derajat celcius pada tahun 2100.
Jika pemanasan berlangsung lebih cepat dan mencapai 3,5 derajat celcius pada akhir abad ini, maka 92% anak usia lima tahun saat ini akan mengalami gelombang panas yang mematikan, 29% akan terdampak gagal panen, dan 14 persen akan menghadapi banjir besar setidaknya sekali dalam hidup mereka.
Sebagai perbandingan, hanya 16 persen dari mereka yang lahir pada tahun 1960 yang mengalami gelombang panas ekstrem sepanjang hidup mereka. Temuan ini dipublikasikan pada 7 Mei di jurnal Nature.
“Jika kita berhasil menstabilkan iklim di sekitar 1,5 derajat celcius di atas suhu pra-industri, sekitar separuh anak-anak saat ini akan tetap terpapar gelombang panas dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya selama hidup mereka,” ujar Luke Grant, ilmuwan fisika dari Canadian Centre for Climate Modeling and Analysis, yang juga penulis utama studi ini.
"Namun jika suhu meningkat hingga 3,5 derajat celcius, lebih dari 90 persen dari mereka akan mengalami kondisi ekstrem itu."
“Pola yang sama juga ditemukan pada jenis ekstrem iklim lainnya, meski jumlah populasinya sedikit lebih rendah. Namun kesenjangan antar-generasi dalam hal paparan terhadap bencana iklim tetap terlihat sangat jelas."
Kecemasan lingkungan (eco-anxiety) kini menjadi hal umum di kalangan anak-anak. Menurut survei YouGov yang dilakukan atas permintaan Greenpeace, hampir 4 dari 5 anak di bawah usia 12 tahun merasa cemas terhadap perubahan iklim.
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Ricky Jenihansen |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.
KOMENTAR