Astronom Yunani-Mesir Ptolemeus mengusulkan penjelasan yang mirip dengan teori Aristoteles dalam risalahnya yang terkenal Almagest, yang diterbitkan pada abad kedua Masehi. Begitu pula astronom Yunani Cleomedes yang mengutarakan teori serupa pada sekitar waktu yang sama dengan Ptolemeus tersebut bahwa atmosfer bumi memberi efek bulan tampak lebih besar di dekat ufuk. Namun selain itu, mereka berdua juga menganggap fenomena tersebut disebabkan oleh perubahan jarak bulan.
Baca Juga: Zebra Cross dengan Ilusi Optik Hadir di India
Sekarang kita tahu bahwa atmosfer bumi tidak memberikan efek semacam itu. Atmosfer bumi mungkin bisa mengubah warna bulan, tergantung pada bagaimana partikel membelokkan dan memfilter cahaya bulan, tapi hanya itu yang bisa dilakukannya.
Baru-baru ini, para psikolog mulai memahami bahwa penampakan bulan yang besar di dekat ufuk adalah contoh nyata dari tipuan atau ilusi optik, ilusi yang terjadi karena kesalahan penangkapan mata manusia. Mudah bagi kita untuk melihat sendiri bahwa segala sesuatunya tidak seperti yang terlihat.
Untuk membuktikan ilusi ini misalnya, cobalah pasang kamera di tripod dan ambil beberapa gambar bulan saat terbit dan saat bulan sudah tinggi di langit. Bandingkan ukuran penampakan bulan tersebut di foto-foto Anda. Anda akan melihat bahwa sebenarnya tidak ada perbedaan sama sekali.
Atau, ketika bulan baru terbit di barat, gulunglah selembar kertas sehingga Anda dapat melihat bulan itu melalui tabung kertas tersebut. Bulatan dari tabung kertas itu mampu melingkupi bulan yang sangat besar itu baik saat bulan baru terbit di ufuk barat maupun saat bulan sudah tinggi. Anda akan menemukan bahwa bulan itu sebenarnya tidak pernah menyusut atau mengembang di dalam lingkaran kertas tersebut.
Baca Juga: Cincin Saturnus Membesar dengan Ilusi Optik
Semua Ada di Kepala Kita
Pada abad ke-11 Masehi, matematikawan Arab Ibn Al-Haytham mengembangkan teori pertama yang masuk akal tentang bagaimana ilusi bulan bekerja. Ia menunjukkan bahwa perbedaan ukuran berkaitan dengan bagaimana otak kita merasakan jarak dan kemudian bagaimana kita secara otomatis menyesuaikan ukuran benda yang terlihat agar sesuai.
Al-Haytham mengemukakan bahwa ketika bulan berada di atas kepala, kita melihatnya lebih dekat dan karenanya lebih kecil. Tetapi ketika bulan terbit di ufuk yang jauh, kita melihatnya lebih jauh dan karenanya lebih besar.
Salah satu alasan mengapa ufuk mungkin tampak lebih jauh daripada langit di atas adalah karena otak kita mempersepsikan bentuk "ruang" di atas bumi sebagai bentuk kubah datar ketimbang bentuk bola bulat sempurna. Artinya, kita terbiasa menilai benda langit yang ada di atas kepala lebih dekat dari benda langit di ufuk.
Baca Juga: Toilet Tembus Pandang di Bandara Narita, Jepang
Secara umum, manusia sangat buruk dalam memperkirakan jarak vertikal. Misalnya saat Anda memandangi pegunungan, coba tebak seberapa tinggi gunung itu menjulang di atas Anda.
"Persepsi tentang kubah datar di langit lebih kuat, berdasarkan bentuk langit yang tampak daripada jarak yang terlihat ke bulan," kata Brian Rogers, psikolog dari University of Oxford yang bereksperimen mengenai ilusi bulan di planetarium, kepada National Geographic.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR