Nationalgeographic.co.id—Selama ribuan tahun, pemandangan yang membingungkan kerap tampak di langit malam. Kadang-kadang, bulan raksasa tampak melayang di dekat ufuk. Namun saat satelit alami bumi itu naik ke atas, ia tampak menyusut menjadi sangat kecil.
Fenomena yang mencolok ini dikenal sebagai ilusi bulan. Penampakan ilusi bulan ini telah didokumentasikan dengan baik setidaknya sejak abad keempat Sebelum Masehi (SM). Tentu saja bulan tidak benar-benar berubah ukuran. Namun untuk menemukan penjelasan yang tepat mengapa bulan tampak mengembang dan menyusut terus membingungkan para ilmuwan hingga saat ini.
Berikut adalah beberapa penjelasan mengenai ilusi bulan dan misterinya yang abadi ini.
Baca Juga: Mengapa Bulan Sering Terlihat Berbeda Ukuran?
Lunar Trickery (Tipu Daya Bulan)
Kembali ke abad keempat SM, filsuf Yunani Aristoteles berpendapat bahwa atmosfer bumi mungkin memperbesar citra bulan di ufuk. Ia mengibaratkannya seperti halnya air dapat membuat objek yang tenggelam tampak lebih besar di mata kita.
Ufuk sendiri adalah garis yang memisahkan bumi dari langit. Ufuk biasa disebut juga sebagai horizon, cakrawala, atau kaki langit. Yang jelas, ufuk adalah garis pembatas --yang tampak mendatar lurus atau lengkung-- pada pemandangan antara bagian permukaan bumi dan bagian langit.
Astronom Yunani-Mesir Ptolemeus mengusulkan penjelasan yang mirip dengan teori Aristoteles dalam risalahnya yang terkenal Almagest, yang diterbitkan pada abad kedua Masehi. Begitu pula astronom Yunani Cleomedes yang mengutarakan teori serupa pada sekitar waktu yang sama dengan Ptolemeus tersebut bahwa atmosfer bumi memberi efek bulan tampak lebih besar di dekat ufuk. Namun selain itu, mereka berdua juga menganggap fenomena tersebut disebabkan oleh perubahan jarak bulan.
Baca Juga: Zebra Cross dengan Ilusi Optik Hadir di India
Sekarang kita tahu bahwa atmosfer bumi tidak memberikan efek semacam itu. Atmosfer bumi mungkin bisa mengubah warna bulan, tergantung pada bagaimana partikel membelokkan dan memfilter cahaya bulan, tapi hanya itu yang bisa dilakukannya.
Baru-baru ini, para psikolog mulai memahami bahwa penampakan bulan yang besar di dekat ufuk adalah contoh nyata dari tipuan atau ilusi optik, ilusi yang terjadi karena kesalahan penangkapan mata manusia. Mudah bagi kita untuk melihat sendiri bahwa segala sesuatunya tidak seperti yang terlihat.
Untuk membuktikan ilusi ini misalnya, cobalah pasang kamera di tripod dan ambil beberapa gambar bulan saat terbit dan saat bulan sudah tinggi di langit. Bandingkan ukuran penampakan bulan tersebut di foto-foto Anda. Anda akan melihat bahwa sebenarnya tidak ada perbedaan sama sekali.
Atau, ketika bulan baru terbit di barat, gulunglah selembar kertas sehingga Anda dapat melihat bulan itu melalui tabung kertas tersebut. Bulatan dari tabung kertas itu mampu melingkupi bulan yang sangat besar itu baik saat bulan baru terbit di ufuk barat maupun saat bulan sudah tinggi. Anda akan menemukan bahwa bulan itu sebenarnya tidak pernah menyusut atau mengembang di dalam lingkaran kertas tersebut.
Baca Juga: Cincin Saturnus Membesar dengan Ilusi Optik
Semua Ada di Kepala Kita
Pada abad ke-11 Masehi, matematikawan Arab Ibn Al-Haytham mengembangkan teori pertama yang masuk akal tentang bagaimana ilusi bulan bekerja. Ia menunjukkan bahwa perbedaan ukuran berkaitan dengan bagaimana otak kita merasakan jarak dan kemudian bagaimana kita secara otomatis menyesuaikan ukuran benda yang terlihat agar sesuai.
Al-Haytham mengemukakan bahwa ketika bulan berada di atas kepala, kita melihatnya lebih dekat dan karenanya lebih kecil. Tetapi ketika bulan terbit di ufuk yang jauh, kita melihatnya lebih jauh dan karenanya lebih besar.
Salah satu alasan mengapa ufuk mungkin tampak lebih jauh daripada langit di atas adalah karena otak kita mempersepsikan bentuk "ruang" di atas bumi sebagai bentuk kubah datar ketimbang bentuk bola bulat sempurna. Artinya, kita terbiasa menilai benda langit yang ada di atas kepala lebih dekat dari benda langit di ufuk.
Baca Juga: Toilet Tembus Pandang di Bandara Narita, Jepang
Secara umum, manusia sangat buruk dalam memperkirakan jarak vertikal. Misalnya saat Anda memandangi pegunungan, coba tebak seberapa tinggi gunung itu menjulang di atas Anda.
"Persepsi tentang kubah datar di langit lebih kuat, berdasarkan bentuk langit yang tampak daripada jarak yang terlihat ke bulan," kata Brian Rogers, psikolog dari University of Oxford yang bereksperimen mengenai ilusi bulan di planetarium, kepada National Geographic.
Persepsi yang keliru dari otak kita ini diilustrasikan dengan baik pula oleh ilusi Ponzo. Dalam ilusi ini, dua objek yang identik tampak memiliki ukuran yang sangat berbeda berdasarkan petunjuk visual yang diberikan oleh lingkungannya.
Masalahnya, menurut hipotesis jarak semu, yang oleh psikolog Don McCready disebut "populer tetapi tidak memadai", bulan di ufuk seharusnya tampak lebih besar dan lebih jauh. Namun ketika orang-orang ditanyai soal seberapa jauh bulan itu menurut anggapan mereka, mereka mengatakan bahwa bulan di ufuk itu tampak lebih besar dan lebih dekat. Jadi, teori ini tidak sepenuhnya berhasil menjawab misteri tersebut.
Semesta Teori
Teori lain, yang disebut sebagai hipotesis ukuran relatif, menunjukkan bahwa akar ilusi optik ini tergantung pada ukuran objek di latar depan bulan. Tanpa rumah, gunung, atau pepohonan, bulatan bulan tidak akan tampak sebesar itu. Teori ini mirip dengan ilusi Ebbinghaus yang terkenal, yang menunjukkan bahwa dua objek identik dapat tampak sangat berbeda ukurannya tergantung pada apa yang mengelilinginya.
Teori yang lebih baru bahkan menunjukkan bahwa penglihatan binokular bisa menjadi penyebabnya. Penglihatan binokular adalah penglihatan di mana kedua mata digunakan bersama-sama. Otak kita mencoba untuk mengimbangi posisi bulan yang dipersepsikan berada di depan langit yang datar dan jauh dengan mengubah ukuran bulan.
Namun begitu, hingga kini belum ada kesepakatan bersama mengenai penjelasan yang benar di balik ilusi bulan in. “Meski sudah ada buku-buku tertulis dan ratusan artikel tentang topik itu, masalah itu belum terselesaikan sepenuhnya,” kata Claus-Christian Carbon, psikolog dari University of Bamberg di Jerman, yang juga mempelajari ilusi bulan menggunakan model di planetarium.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | 1 |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR