Nationalgeographic.co.id—Terisolasi sendirian di sebuah gua San Lazzaro di Savena, Bologna, Italia, sebuah tengkorak perempuan ditemukan oleh para arkeolog 2017 lalu. Tengkorak itu berasal dari 3.630 hingga 3.380 SM atau periode Eneolitik (Zaman Tembaga) menurut analisa penanggalan karbon.
Para arkeolog melaporkan temuannya di PLOS ONE Rabu lalu (3/3/21) dan menyebut penyebab kematiannya masih tanda tanya. Sebab, di sekitarnya tak ditemukan benda satu pun untuk menyimpulkannya.
Mereka mencoba menguak tengkorak yang terdapar jauh di dalam gua yang memiliki ketinggian 12 meter. Tengkorak itu beralaskan beberapa lapisan endapan dan tertutupi lapisan tipis batu gua kalsit. Ini menunjukkan bahwa air pernah mengalir di dalam gua selama berabad-abad lamanya.
Untuk menguaknya, tim arkeologi yang dipimpin Maria Giovanna Belcastro dari Department of Biological, Geological and Environmental Sciences ini dikirim ke Laboratory of Physical Anthropology at the University of Bologna.
Baca Juga: Neanderthal Mampu Mendengar dan Berbicara seperti Manusia Modern
Dari hasil analisa komputasi tomograf, kematian sosok ini berusia 24 hingga 35 tahun. Ia tak memiliki rahang, dan diperkirakan kematiannya dimutilasi sebagai kurban praktik pemakaman masyarakat Italia kuno.
Para peneliti tak mengetahui cara bagaimana tepatnya bagian kepala ini terputus dari tubuhnya. Tetapi beberapa sisa luka yang ditemukan membantu para peneliti untuk menguak kisahnya.
Terdapat satu cidera yang menunjukkan tanda-tanda penyembuhan yang terjadi saat dia masih hidup. Cidera itu kemungkinan dibuat dengan paksa oleh alat, karena ada garis paralel di bagian belakang, tulis mereka.
Cidera itu diperkirakan sebagai operasi tengkorak yang dilakukan selama Neolitikum yang juga diterapkan di masa berikutnya. Teknik operasi ini dilakukan dengan membuat lubang atau mengikis tengkorak sebagai praktik medis kuno.
Secara keseluruhan, perempuan itu semasa hidupnya memiliki kesehatan yang kurang baik. Ia memiliki lubang kecil di bagian atas tengkoraknya yang diduga sebagai efek samping dari peradangan dari anemia kronis. Adapun tanda-tanda dua bintik tebal yang berhubungan dengan sisa tumor jinak.
Sedangkan giginya juga berlubang dan enamelnya tidak berkembang dengan baik. Diperkirakan perempuan ini menderita malnustrisi semasa kanak-kanaknya, dan terus mengonsumsi makanan yang kurang bergizi saat dewasa.
Ditemukan pula noda pigmen oker merah pada tengkorak sekitar cidera itu. Para peneliti beranggapan, noda ini tertempel di sana karena alasan terapeutik atau simbolis.
Ada pula sisa luka yang menunjukkan jaringa lunak di tengkoranya telah dipotong dan dikikis setelah kematiannya. Sebab, luka itu tidak menunjukkan tanda-tanda penyembuhan.
Pola praktik ini, secara antropologis, juga ditemukan di catatan temuan pada pemakaman Neolitik sekitar Italia, seperti Gua Re Tiberio yang berupa tulang lengan dan kaki yang panjang. Tulang belulang itu berasal dari masa Neolitik dan tersusun berurutan, dengan bagian kepala yang hilang.
Temuan lain itu menjadi acuan pendapat para peneliti bila di masa purba, adanya praktik pasang-bongkar bagian tubuh setelah kematian. Temuan ini juga banyak ditemukan di gua-gua di dekat situs tang menunjukkan bukti bekas goresan tengkorak yang dibuat setelah meninggal.
Pada kasus tengkorak yang ditemukan Belacastro, teredapat kisah lainnya yang dikuak peneliti. Kemungkinan tengkorak ini tiba di gua akibat aliran air dan lumpur yang menuruni bukit. Kemungkinan besar, tengkorak ini terguling setelah dibaringkan di dataran yang lebih tinggi dari gua itu.
Baca Juga: Ride for Equality, Bersepeda Menyambut Hari Perempuan Sedunia
"Setelah perjalanan yang panjang dan bergelombang, [tengkorak itu] secara tidak sengaja berakhir di dalam gua," kata para peneliti dilansir dari Eurekalert.
Gua ini kemungkinan merupakan lubang pembuangan kurban oleh masyarakat Italia kuno, yang kemudian menjadi sebuah gua akibat aktivitas geologi.
"Adanya cedera pra dan pasca kematian telah berkontribusi pada rekonstruksi cara dan waktu manipulasi tubuh dan kepala, kemungkinan untuk tujuan menghilangkan jaringan lunak dan rahang bawah (kemungkinan untuk memfasilitasi akses ke otak), hingga terjadinya peristiwa alam yang tidak disengaja yang membawa spesimen ke poros gua." tulis mereka.
"Kami tidak tahu apakah konteksnya merujuk pada penguburan formal atau konteks ritual lainnya"
Source | : | ancient-origins.net,eurekalert.org,PLOS ONE |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR