Untuk menguaknya, tim arkeologi yang dipimpin Maria Giovanna Belcastro dari Department of Biological, Geological and Environmental Sciences ini dikirim ke Laboratory of Physical Anthropology at the University of Bologna.
Baca Juga: Neanderthal Mampu Mendengar dan Berbicara seperti Manusia Modern
Dari hasil analisa komputasi tomograf, kematian sosok ini berusia 24 hingga 35 tahun. Ia tak memiliki rahang, dan diperkirakan kematiannya dimutilasi sebagai kurban praktik pemakaman masyarakat Italia kuno.
Para peneliti tak mengetahui cara bagaimana tepatnya bagian kepala ini terputus dari tubuhnya. Tetapi beberapa sisa luka yang ditemukan membantu para peneliti untuk menguak kisahnya.
Terdapat satu cidera yang menunjukkan tanda-tanda penyembuhan yang terjadi saat dia masih hidup. Cidera itu kemungkinan dibuat dengan paksa oleh alat, karena ada garis paralel di bagian belakang, tulis mereka.
Cidera itu diperkirakan sebagai operasi tengkorak yang dilakukan selama Neolitikum yang juga diterapkan di masa berikutnya. Teknik operasi ini dilakukan dengan membuat lubang atau mengikis tengkorak sebagai praktik medis kuno.
Secara keseluruhan, perempuan itu semasa hidupnya memiliki kesehatan yang kurang baik. Ia memiliki lubang kecil di bagian atas tengkoraknya yang diduga sebagai efek samping dari peradangan dari anemia kronis. Adapun tanda-tanda dua bintik tebal yang berhubungan dengan sisa tumor jinak.
Sedangkan giginya juga berlubang dan enamelnya tidak berkembang dengan baik. Diperkirakan perempuan ini menderita malnustrisi semasa kanak-kanaknya, dan terus mengonsumsi makanan yang kurang bergizi saat dewasa.
Ditemukan pula noda pigmen oker merah pada tengkorak sekitar cidera itu. Para peneliti beranggapan, noda ini tertempel di sana karena alasan terapeutik atau simbolis.
Ada pula sisa luka yang menunjukkan jaringa lunak di tengkoranya telah dipotong dan dikikis setelah kematiannya. Sebab, luka itu tidak menunjukkan tanda-tanda penyembuhan.
Source | : | ancient-origins.net,eurekalert.org,PLOS ONE |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR