Nationoalgeographic.co.id—Pada 2018, misi Mars Express menangkap pemandangan awan yang sangat panjang dan tipis, mengepul dari sebuah gunung berapi non-aktif di Mars, Arsia Mons. Dari pantauan di luar angkasa, awan kabut itu panjangnya 1.500 kilometer.
European Space Agency (ESA) sebelumnya hanya baru menduga awan itu bukan dari aktivitas vulkanik, karena Mars selama jutaan tahun tak pernah mengalami erupsi pada gunung-gunungnya. Tetapi mereka belum bisa menjelaskannya fenomenanya.
Nyatanya, itu bukanlah fenomena aneh. Para peneliti ESA kemudian menyadari bahwa peristiwa ini terjadi pada beberapa waktu di musim semi atau musim panas di belahan selatan Mars.
Gumpalan ini ternyata pernah tertangkap kamera pada 2009, 2012, 2015, 2018, dan yang terbaru pada 2020.
Baca Juga: Terdeteksi di Mars: Reaksi Kimia yang Menghadirkan Misteri Baru
Lewat studi baru yang dipublikasikan di Journal of Geophysical Research (Vol 126 Issue 3 Maret 2021), para peneliti mengamati alasan di balik mengapa awan yang sangat panjang ini bisa terus muncul dan menghilang di Mars. Mereka membandingkan pengamatan resolusi tinggi dari bukti 2018, dan arsip lainnya hingga 1970-an.
Pembandingan data dan penggabungan pengamatan ini berasal dari dua instrumen Mars Express lainnya seperti OMEGA dan HRSC, dan beberapa pesawat ruang angkasa lainnya seperti MAVEN dari NASA, Mars Reconnaisance Orbiter (MRO), misi Viking 2, Mars Orbiter Mission milik Indian Space Research Organisation.
Dalam analisa mereka, ketika matahari terbit di Mars, udara 'padat' dari dasar gunung berapi Arsia Mons itu mulai naik menyusuri lerengnya di bagian barat. Ketika suhu makin mendingin, angin ini mengembang dan kelembapannya menghasilkan embun di sekitar partikel debu.
Peristiwa ini juga disebut sebagai awan orografik yang juga biasa terjadi dan memiliki sifat yang mirip dengan di Bumi. Meski ukurannya sangat besar dan dinamikanya cukup jelas bila dibandingkan dengan apa yang biasa terjadi di planet kita sendiri.
"Memahami awan ini membuat kesempatan yang menarik bagi kita untuk mencoba meniru pembentukan awan dengan model-model yang meningkatkan pengetahuan tentang sistem iklim di Mars dan Bumi," terang rekan penulis, Agustin Sánchez-Lavega dalam rilis.
Peristiwa ini menguatkan catatan kesamaan iklim antara Bumi dan Mars, meski ragam perbedaannya yang menarik bagi para ilmuwan.
“Meskipun awan orografik biasa terlihat di Bumi, namun panjangnya tidak terlalu jauh atau menunjukkan dinamika yang begitu hidup," ungkap Agustin.
Para peneliti juga mengklaim studi ini merupakan eksplorasi pertama yang detail membahas awan Arsia Mons.
Baca Juga: Akhirnya! Mars Perseverance Rover Dengan Aman Mendarat di Planet Merah
Selama beberapa bulan pengamatan di setiap pagi Mars, para peneliti mengamati proses ini terjadi lagi. Mereka menemukan udara itu mulai mengembang pada ketinggian sekitar 45 kilometer.
Selama 2,5 jam berikutnya awan ditarik ke barat oleh angin dengan kecepatan 600 kilometer per jam, sebelum akhirnya terhempas di udara dari puncak gunung berapi itu.
Berdasarkan laporannya, ukuran terbesar dari awan itu bisa mencapai 1.800 kilometer dan lebarnya bisa mencapai 150 kilometer. Ketika hari kian siang di Mars, terutama tepat di atas puncaknya, awan tersebut akan menguap seluruhnya.
Awan itu mengandung es, dan merupakan hal tidak biasa di Mars. Lebih anehnya lagi bagi para pengamat, awan itu muncul di atas Arsia Mons terus terbentuk sepanjang musim panas ketika sebagian besar awan lainnya menghilang.
Menurut para peneliti, pengamatan terhadap awan orografik ini terpisah-pisah oleh beberapa lembaga di seluruh dunia sehingga menganggapnya sebagai hal yang langka.
Ada banyak kamera satelit yang mengorbit di Mars, dan beberapa di antaranya hanya sesekali yang terbang di atas wilayah ini di pagi hari. Akibatnya banyak bidikan foto pada awan ini secara kebetulan, tak terkecuali yang dialami ESA 2018 lalu.
Baca Juga: Fotografi Zaman Hindia Belanda, Lahir dari Eksotisme dan Kosmopolitan
Pengamatan ini menggunakan kamera Visual Monitoring Camera (VMC) pada misi Mars Express. Meski tua, kamera ini memiliki kekuatan webcam 2003 sebagai kelebihan yang tak dimiliki teknologi kamera baru.
"Meski [kameranya] beresolusi spasial rendah, tapi punya bidang pandang yang luas--penting untuk melihat pemandangan yang luas pada waktu lokal yang berbeda dalam sehari--dan sangat bagus untuk melacak evolusi fitur untuk jangka waktu lama, maupun kecil," jelas penulis utama studi Jorge Hernández Bernal, dalam rilis.
"Hasilnya, kami bisa memahami seluruh awan di berbagai siklus Mars."
Source | : | ESA |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR