Nationalgeographic.co.id—"Perjalanan ke Mamasa awalnya hanya perjalanan biasa. Alasannya sederhana, di antara semua Kabupaten di Sulawesi Barat, hanya Mamasa yang belum pernah saya kunjungi," ungkap Abdi Latief, seorang videografer dokumenter.
Perjalanan pertamanya begitu singkat. Namun, perjalanan ini menjadi titik awal kunjungan selanjutnya. Kondisi geografis Mamasa yang berada di pegunungan Sulawesi Barat, memudahkan kita untuk menemukan panorama yang memanjakan mata. Demikian kesannya sebagai anak pesisir. Dia menambahkan, keramahan warga Mamasa memudahkan kita menemukan senyum ramah bersahabat di tempat ini.
Karena kondisi ini, Latief kembali lagi dan mulai bersinggungan dengan Rambu Solo pada awal 2017. Upacara pertama tak begitu lengkap, hanya mengikuti satu prosesi. Dari pandangan pertama itulah mengharuskan dia untuk kembali lagi merekam tradisi ini.
"Benar! Setelah menyelami Rambu Solo pada semua prosesinya, banyak pelajaran dan nilai yang saya dapati pada ritual ini," ujar Latief.
Baca Juga: Pesan di Balik Pemakaman, Kebersamaan, dan Pluralisme di Toraja
Baca Juga: Menguak Kebudayaan Praaksara Sulawesi Selatan yang Terlupakan
Dia mengisahkan tentang manusia dan tentang kekerabatan. Bukan hanya karena sedarah, tetapi juga perkara kemanusiaan dalam arti yang sangat luas. Secara sederhana, Rambu Solo berarti acara kedukaan. Upacaranya panjang, sejak orang meninggal sampai dikuburkan. Pada tingkat tertinggi, jenazah disimpan di atas rumah beberapa bulan, bisa juga sampai setahun atau dua tahun. Upacara puncaknya digelar satu minggu atau lebih, sampai penguburan.
Apa yang membedakan antara upacara Rambu Solo di Mamasa dan Toraja?
National Geographic Indonesia melalui SayaPejalanBijak dan Bersama teman-teman dari Mamasa, menyelenggarakan acara lewat program #TravelWeek. Kita bekelana secara daring dalam tajuk “Kelana Mamasa Sulawesi Barat” bersama kawan kami: Yusuf Wahil (fotografer dokumenter dan kontributor foto untuk National Geographic Indonesia) dan Abdi Latief (videografer dokumenter).
Kami ingin mengajak Kawan-kawan untuk menyaksikan lebih dalam mengenal upacara kedukaan Rambu Solo dan melihat keindahan alam Mamasa. Silakan mendaftar melalui pranala bit.ly/spbavonturdaring1.
Salam jalan, Kawan Jalan!
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR