Nationalgeographic.co.id— Kondisi menstruasi memang menyakitkan bagi banyak perempuan. Tak jarang, siklus menstruasi bisa membuat perempuan menangis.
Siklus menstruasi yang membuat perempuan muda berlinang air mata mungkin adalah hal yang biasa. Namun kejadian yang dialami seorang perempuan muda yang tercatat dalam sebuah laporan medis di jurnal BMJ Case Reports pada Maret 2021 ini adalah hal yang benar-benar langka dan tidak biasa. Perempuan berusia 25 tahun ini dilaporkan menangis darah selama mengalami menstruasi.
Ketika perempuan muda itu mengunjungi ruang gawat darurat dengan air mata yang berdarah mengalirt keluar dari kedua matanya, itu adalah episode keduanya dalam dua bulan terakhir, kata tim dokter yang melaporkan kasus medis itu ke dalam jurnal kedokteran tersebut. Air mata darah adalah kondisi langka yang dikenal sebagai haemolacria.
Kondisi haemolacria ini dapat dipicu oleh penyebab-penyebab yang berbeda. Dalam kasus perempuan muda ini, kondisi matanya normal dan dia tidak merasakan sakit atau terluka saat air darah keluar dari matanya. Yang menarik, kedua kejadian air mata berdarah itu ia alami bertepatan dengan masa permulaan menstruasinya, tulis tim dokter dalam laporan kasus tersebut sebagaimana dilansir Live Science.
Baca Juga: Ada Pertanda Buruk di Balik Warna Oranye Langit Kota Beijing
Menstruasi normal terkadang dapat memicu perdarahan siklis di luar rahim, yang dikenal sebagai vicarious menstruation. Tetesan air mata merah wanita itu kemungkinan mewakili konvergensi yang sangat tidak biasa dari dua kondisi --vicarious menstruation dan haemolacria-- yang menyebabkan keluarnya air mata darah yang dipicu oleh menstruasi, menurut laporan tersebut.
Meskipun air mata merah wanita itu tampak mengkhawatirkan, ketika tim dokter memeriksanya, mereka menemukan bahwa matanya tidak rusak dan air mata darah itu tidak disertai dengan sakit kepala, pusing, atau gejala masalah kesehatan lainnya. Juga tidak ada tanda-tanda kelainan pada sinus, saluran air mata atau air mata berdarah itu sendiri, tulis para peneliti.
Penyebab umum haemolacria adalah peradangan, trauma, lesi, tumor, hipertensi, penyakit seperti ikterus dan anemia, dan gangguan pembuluh darah, menurut laporan yang diterbitkan pada 14 Februari oleh National Center for Biotechnology Information. Namun setelah mengeluarkan kemungkinan penyebab-penyebab tersebut dari kondisi tangisan darah yang dialami perempuan muda itu, para dokter kemudian mengidentifikasi sumbernya adalah vicarious menstruation.
Vicarious mestruation adalah kondisi yang dapat menyebabkan keluarnya darah dari hidung, telinga, paru-paru, puting susu, usus "dan bahkan kulit," serta dari mata, tulis para dokter tersebut. Pasien perempuan muda itu sendiri juga mengatakan bahwa dia juga pernah mengalami mimisan saat pertama kali dia menangis darah.
Baca Juga: Memahami Hipospadia, Kelainan Kelamin yang Dialami Aprilia Manganang
Jenis jaringan tertentu pada mata diketahui bisa dipengaruhi oleh perubahan hormonal. Misalnya, kurva dan ketebalan kornea dapat bervariasi "selama fase yang berbeda dari periode menstruasi, kehamilan, dan menyusui," yang dapat menjelaskan mengapa menstruasi wanita tersebut memicu pendarahan dari matanya, menurut laporan kasus medis tersebut.
Para dokter yang merawat perempuan muda itu memberinya kontrasepsi oral. Dan setelah tiga bulan menjalani terapi hormonal, perempuan mudah itu akhirnya tidak lagi mengalami insiden pendarahan tambahan.
"Ini adalah kasus klinis yang langka dan tidak biasa," tulis para dokter. Mereka menyatakan, tidak pernah ada kasus semacam ini dalam literatur ilmiah sebelumnya.
Mereka juga menambahkan, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami dengan tepat apa yang menyebabkan keluarnya air mata darah dari perempuan muda itu. Penelitian lebih lanjut juga diperlukan untuk menentukan bagaimana kondisi seperti itu dapat ditangani secara efektif dalam jangka panjang.
Baca Juga: Satu Tahun GRID STORE: Tersedia Layanan Pelanggan Majalah-el Berdiskon
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR