Keadaan berubah menjadi tidak biasa ketika seorang perawat melakukan tes darah rutin pada pasien. Tak lama setelah pengambilan darah, dilaporkan bahwa bau amonia yang menyengat mulai memenuhi ruangan. Para dokter juga memperhatikan bahwa sampel darah Ramirez memiliki tampilan yang tidak biasa seolah-olah mengandung kristal putih.
Ketika faktor-faktor aneh ini muncul, sejumlah staf medis mulai merasa sakit parah, menderita berbagai gejala termasuk pingsan, kejang-kejang, kesulitan bernapas, dan muntah. Jumlah orang yang terkena dampak bervariasi dari satu laporan ke laporan lainnya.
The New York Times mengatakan pada Februari 1994 bahwa enam anggota staf rumah sakit dirawat di rumah sakit, dengan satu dokter mengalami masalah peredaran darah akut. Sementara Discover Magazine belakangan melaporkan bahwa 23 dari 37 anggota staf ruang gawat darurat mengalami setidaknya satu gejala gangguan kesehatan.
Sekitar pukul 20.30 malam saat Ramirez dirawat mulai dirawat kala itu, pihak rumah sakit akhirnya memutuskan untuk mengevakuasi ruang gawat daruratnya. Mereka merawat pasien di tempat parkir sementara para pekerja yang mengenakan setelan HAZMAT menguji udara di ruang gawat darurat.
Baca Juga: Cacing Pita 18 Meter Ditemukan dalam Perut Pria Pemakan Daging Mentah
Ramirez meninggal pada malam yang sama. Sebuah laporan koroner atau dokter pemeriksa mayat pada akhir April 1994, mengungkapkan bahwa Ramirez meninggal karena gagal ginjal yang disebabkan oleh kanker serviks. Namun penyakit misterius yang dialami oleh para staf medis masih belum terungkap.
Laporan awal menunjukkan bahwa para perawat dan dokter keracunan oleh asap berbahaya yang dikeluarkan dari tubuh Ramirez yang sedang sekarat itu. Memang, banyak gejala yang dialami para tenaga medis itu menyerupai tanda-tanda keracunan oleh organofosfat, bahan kimia yang digunakan dalam pestisida dan senjata kimia.
Akan tetapi, keluarga Ramirez punya pendapat lain. Mereka menyatakan bahwa cerita rumit tentang asap yang muncul dari tubuh Ramirez hanyalah dalih dari pihak rumah sakit.
Keadaan yang tidak biasa seputar kematiannya membuat keluarga percaya bahwa tim medis telah membuat semacam kesalahan dan mereka berusaha untuk mengalihkan kesalahan itu ke pasien. Yang lain menduga itu bisa menjadi kasus histeria massal yang tidak biasa, sebuah fenomena di mana kelompok mengalami gejala psikologis atau fisik yang serupa sebagai respons terhadap suatu ancaman, baik nyata atau tidak.
Hasil autopsi tubuh Ramirez dan investigasi di rumah sakit tidak menjelaskan banyak kebingungan yang muncul. Upaya tersebut juga tidak mengungkapkan adanya organofosfat atau agen mencurigakan lainnya.
Baca Juga: Peneliti WHO Ungkap Bocoran Hasil Investigasi Asal-Usul Virus Corona
Sekelompok ilmuwan kemudian meninjau kasus tersebut pada tahun 1997 dan mencapai penjelasan yang baru. Menulis di jurnal Forensic Science International, para peneliti dari Lawrence Livermore National Laboratory --sebuah laboratorium yang terkenal dengan pengembangan senjata nuklir-- merinci reaksi kimia berantai yang panjang dan berbelit-belit yang dapat menjelaskan serangan penyakit misterius yang terlihat malam itu.
Mereka berspekulasi bahwa Ramirez mungkin telah menggunakan dimetil sulfoksida sebagai obat nyeri topikal untuk tubuhnya. Obat nyeri topikal ini mungkin bereaksi dengan oksigen yang diberikan oleh dokter untuk membentuk dimetil sulfon. Bahan kimia ini diketahui mengkristal pada suhu kamar, yang dapat menjelaskan mengapa ada butiran kristal yang terlihat dalam sampel darah Ramirez.
Sengatan listrik dari defibrilasi kemudian dapat mengubah dimetil sulfon menjadi dimetil sulfat, gas yang sangat beracun dan korosif. Ini penjelasan yang menarik, tapi hingga saat ini tampaknya kasus tersebut masih belum terselesaikan.
"Ada kemungkinan misteri itu akan tetap menjadi misteri," kata Tom DeSantis, juru bicara koroner saat itu.
Baca Juga: Satu Tahun GRID STORE: Tersedia Layanan Pelanggan Majalah-el Berdiskon
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
Source | : | The New York Times,discovermagazine.com,IFL Science,Forensic Science International |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR