Karya berjudul Paradise Lost pada 1667, penyair Inggris John Milton menggambarkan iblis sebagai Lucifer. Dia melukiskannya sebagai malaikat yang memberontak dengan alasan bahwa Tuhan terlalu berkuasa, yang menendangnya dari surga.
Lucifer versi Milton memberikan kesan yang ambigu. Alih-alih menggambarkan sosok yang murni, sang malaikat kegelapan ini justru menjadi karakter ikonik romantik pada 1800-an sebagai pahlawan yang menentang kekuatan lebih tinggi, untuk mengejar kebenaran esensial.
Kemudian pada cerita Jerman, Dokter Faust pada abad ke-16 kita bisa melihat iblis bernama Mephistopheles. Faust adalah seorang sarjanya yang tidak puas, menjanjikan jiwanya kepada iblis dengan imbalan kesenangan. Ia bisa cepat mendapat wanita, kekuasaan, dan uang.
Dalam versi Johann Wolfang van Goethe, Mephistopheles menipu Faust dengan kesepakatan yang mengerikan untuk keuntungan jangka pendek. Pada suatu pentas Goethe, Mephistopheles muncul dengan celana ketat berjubah merah. Iblis ini sering dimainkan dengan peran penipu yang menawan. Setelan merahnya yang terkenal itu menggoda banyak seniman untuk memperbaharui karakternya, bahkan juga tampil di karakter komik Marvel.
Baca Juga: 666 Sebagai Angka Setan? Bagaimana Hal Tersebut Muncul dan Berkembang?
Source | : | TED-ED |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR