Nationalgeographic.co.id—Liselotte Rambonnet dan Auke-Florian Hiemstra menemukan seekor ikan seukuran jari mati terjebak di sarung tangan medis sekali pakai di kanal Kota Leiden, Belanda.
Penemuan itu membuat mereka segera menjelajahi internet untuk mencari lebih banyak laporan tentang satwa liar yang dirugikan atau dibunuh oleh sarung tangan, masker, dan alat pelindung diri lain yang digunakan selama pandemi virus corona.
Mereka menemukan laporan tentang robin, burung camar, penguin, dan bahkan landak yang terperangkap dalam penutup telinga masker wajah, yang dapat mengganggu pergerakan mereka dan membuat mereka rentan terhadap pemangsaan.
"Dalam menangani krisis kesehatan hari ini, kami menciptakan krisis lingkungna untuk masa depan," kata Justin Ammendolia, ekolog yang berbasis di Toronto dan mempelajari sampah terkait pandemi. "Setelah barang-barang ini masuk ke lingkungan, pada dasarnya permainan berakhir," katanya di laman National Geographic.
Sebuah penelitian berjudul COVID-19 Pandemic Repercussions on the Use and Management of Plastics memperkirakan bahwa fasilitas perawatan kesehatan dunia menggunakan 129 miliar masker wajah dan 65 miliar sarung tangan tiap bulan, yang sebagian besar dirancang untuk digunakan sekali.
Baca Juga: Mampukah Tato Elektrik Jadi Langkah Selanjutnya dari Seni Tubuh?
Seiringan dengan itu keburuhan APD tidak akan berkurang. Di Toronto, Kanada, ahli ekologi Jacquelyn Saturni dan Ammendolia juga melihat peningkatan sampah APD sama seperti yang di Belanda. Dalam lima minggu mereka berjalan malam selama satu jam, keduanya menemukan 1.306 APD.
Beralih dari masker sekali pakai ke masker yang dapat digunakan kembali dapat membuat perbedaan besar dalam jumlah sampah APD yang ditemukan kata Helen Lowman, presiden dan CEO organisasi nirlaba Keep America Beautiful.
Baca Juga: Kisah Perempuan: Menelisik Ketangguhan Perempuan Aceh di Masa Lalu
Dia juga mendorong masyarakat untuk mengambil waktu ekstra dengan membuang barang sekali pakai di tempat sampah. Secara umum, masker wajah dan APD tidak dapat didaur ulang atau sesuai untuk digunakan dalam kompos.
Hiemstra mengajak kita berpikir tentang apa yang terjadi pada satwa liat jika kita membuang samoah sembarangan.
"Barang-barang ini digunakan sekali. Tetapi tetap di alam selama ratusan tahun," katanya kepada National Geographic.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR