Nationalgeographic.co.id—Seorang pria pencinta olahraga orienteering di Swedia tak sengaja menemukan harta karun kuno di dalam sebuah hutan. Pada awal April ini dia menemukan sekitar 50 barang peninggalan Zaman Perunggu yang berusia lebih dari 2.500 tahun.
Penemuan itu terjadi saat ia sedang mengerjakan hobinya berolahraga orienteering menelusuri hutan. Orienteering adalah olahraga yang membutuhkan kemampuan dan keterampilan navigasi menggunakan peta dan kompas untuk menyelesaikan suatu lintasan dari titik kontrol satu ke titik kontrol lain dalam waktu sesingkat mungkin.
Temuan harta karun yang ia dapatkan di dalam hutan itu antara lain terdiri atas barang-barang perhiasan kuno. Penemuan itu terjadi di luar kota kecil Alingsas di Swedia barat.
County Administrative Board mengatakan dalam sebuah pernyataan resmi bahwa penemuan oleh pria pencinta olahraga orienteering itu merupakan salah satu "penemuan simpanan paling spektakuler dan terbesar" dari Zaman Perunggu yang pernah ada di negara Nordik.
Di antara peninggalan yang diyakini berasal dari periode antara 750 dan 500 Sebelum Masehi itu, terdapat beberapa "kalung, rantai, dan jarum yang terawetkan dengan sangat baik" yang terbuat dari perunggu. Benda-benda itu tergeletak di tempat terbuka di depan beberapa batu besar di hutan.
"Mungkin hewan telah menggali barang-barang itu dari celah di antara batu-batu besar, di mana Anda dapat berasumsi bahwa benda-benda itu pernah tersimpang sebelumnya," kata badan pemerintah itu, dilansir Science Alert.
Baca Juga: Bocah Empat Tahun Tak Sengaja Temukan Jejak Kaki Dinosaurus di Pantai
Tomas Karlsson, pencinta olahraga orienteering sekaligus pembuat peta yang membuat yang menemukan harta karun kuno itu, awalnya mengira barang-barang tersebut hanya sampah.
"Kelihatannya seperti sampah logam. Apakah itu lampu yang tergeletak di sini, pikirku pada awalnya," kata Karlsson, dikutip dari surat kabar Dagens Nyheter.
Dia kemudian membungkuk untuk melihat lebih dekat barang-barang itu dan mendapati adanya barang-barang spiral dan kalung.
"Tapi semuanya tampak begitu baru. Saya pikir itu palsu," lanjutnya.
Dia melaporkan temuan itu ke otoritas lokal yang kemudian segera mengirim tim arkeolog untuk memeriksa situs tersebut. Area tempat harta karun itu ditemukan tidak terletak di wilayah pemukiman yang diketahui sebelumnya.
Dari hasil penelitian arkeologi yang dilakukan tim tersebut hingga selesai, total sekitar 50 benda telah ditemukan di situs di dalam hutan itu. Sekitar 80 persen dari mereka ditemukan di luar pot dan sisanya di bawah batu besar di dalam pot.
Baca Juga: Temuan Peti Harta Karun Kapal Rempah VOC yang Berlayar ke Batavia 1740
Yang paling menarik bagi para peneliti jumlah dan kondisi barang-barang yang ditemukan tersebut. Semua barang ditemukan dalam kondisi lengkap dan utuh. Sangat unik karena mereka terlihat begitu tak tersentuh dan kemungkinan besar mereka telah berdiri di sana sejak seekor hewan memutuskan untuk membangun sarang di tempat tersebut.
"Sebagian besar temuan itu terbuat dari benda perunggu yang dapat dikaitkan dengan wanita berstatus tinggi dari Zaman Perunggu," kata Johan Ling, profesor arkeologi di University of Gothenburg, dalam pernyataannya.
"Mereka telah digunakan untuk menghiasi bagian tubuh yang berbeda, seperti kalung, gelang, dan gelang kaki, tetapi ada juga jarum dan lubang tali besar yang digunakan untuk menghias dan menyatukan beberapa bagian pakaian, yang mungkin terbuat dari wol," ungkap Ling seperti dilansir AFP.
Selain kalung, jarum pakaian, spiral, rantai, dan tutulus (hiasan pakaian atau ikat pinggang), kapak berongga dan produk sisa dari pengecoran perunggu juga ditemukan di situs tersebut. Bahkan tongkat penggerak yang diyakini telah digunakan untuk merangsang dan memacu kuda juga tersimpan di sana.
Tongkat penggerak ini adalah jenis benda yang telah ditemukan di Denmark tetapi tidak begitu jauh di Swedia. Jenis benda ini juga cukup umum di Jerman bagian utara dan Polandia.
"Ini menunjukkan bahwa mereka pernah berhubungan dengan kelompok-kelompok ini dalam beberapa hal," ujar Ling.
Source | : | Science Alert,AFP,Dagens Nyheter |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR