Selain itu mengapa manusia menyukai kecantikan, karena otak kita menganggapnya adalah hal yang menyenangkan.
Menurut Anjan Chatterjee, seorang ahli neurologi Perelman School of Medicine at the University of Pennsylvania, aktivasi korteks visual bersamaan dengan korteks orbitofrontal, dan nucleus accumbens merupakan tanda biologis dari respon kita pada kecantikan.
Kemudian bekerja juga sistem dalam tubuh kita tiga hal, seperti dopamin memengaruhi perilaku kita atas hasrat dan keinginan.
"Itu yang memotivasi kita untuk mendekati hal yang kita suka," kata Chatterjee pada Vox.
Kemudian ada juga endocannabionoid dan opioid, sebuah sistem yang juga aktif saat mengonsumsi ganja dan opium.
Baca Juga: Mendefinisikan 'Kecantikan', Mengapa Banyak Orang yang Memujanya?
Rupanya, pemahaman akan kecantikan tak hanya dimiliki manusia, tapi juga pada hewan. Charles Darwin dalam bukunya The Descent of Man (1871) menyebutnya sebagai seleksi seksual.
Sebagai definisi, teori itu menyebut bahwa evolusi ciri-ciri tertentu yang mencolok pada tubuh hewan, dapat memberikan keberhasilan baginya untuk mendapatkan pasangan. Sehingga peluang untuk kawin lebih besar karena secara fisik menarik untuk dilihat lawan jenisnya di lingkungan.
Tetapi kecantikan bukan selamanya tentang cara bertahan hidup atau kecocokan antar pasangan.
Richard Prum mengembangkan pendapat Darwin itu lewat bukunya, The Evolution of Beauty. Ia menganggap kecantikan sebagian bersifat bebas dan tak berguna.
Baca Juga: Ew Jorok! Charles Darwin Meneliti Mengapa Manusia Merasakan Jijik
Source | : | Vox,The Washington Post,townhall.com,ResearchGate,National Geographic,Britanica |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR