Misalnya hasil penelitian yang dipublikasikan di Geophysical Research Letters, Maret lalu. Para peneliti menulis dampak perubahan iklim yang ternyata menyebabkan perubahan sumbu bumi.
Pengamatan itu dilakukan para ilmuwan sejak 1990-an, dan menemukan pencairan gletser yang masif mengakibatkan pergeseran sumbu magnet itu.
Sumbu bumi adalah titik sumbu rotasi dari utara ke selatan, dan bersifat tidak tetap--bahkan bisa berubah selama jutaan tahun. Perubahan ini dipantik oleh massa di sekitar Bumi turut berubah, sehingga menyebabkannya bergerak.
Para ilmuwan menulis, kutub mengalami pergeseran dari selatan ke timur pada periode 1995-2020 adalah 17 kali lebih cepat daripada 1981-1995.
Mereka menulis, bahwa pemompaan air tanah juga mungkin berkontribusi pada perubahan. Air yang disimpan di bawah tanah itu mengalami pemompaan akibat minum dan pertanian.
Baca Juga: Batu Hijau Kecil di Antartika Memberi Peringatan soal Masa Depan Bumi
Padahal selama 50 tahun terakhir, manusia telah menggunakan sekitar 18 triliun ton air dari penyimpanannya di bawah tanah.
Penemuan sains terbaru lainnya juga mengungkapkan bahwa emisi iklim membuat strastofer bumi kian menipis. Studi itu tersedia di Environmental Research Letters, Rabu (05/05/2021).
Stratosfer adalah lapisan di atmosfer yang memanjang dari sekitar 20 km hingga 60 km di atas permukaan Bumi. Di bawahnya terdapat troposfer yang merupakan tempat manusia hidup, bersama karbon dioksida yang memanas dan memperluas udara.
Menurut para ilmuwan dari berbagai instansi akademis itu, itulah yang mendorong batas bawah stratosfer dengan memasukinya, sehingga mendingindkan udara, dan menyebabkannya berkontraksi.
Source | : | Jurnal Ilmiah,The Guardian,Environmental Research Letters |
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR