Proses ini mendorong pegunungan sedikit lebih tinggi ke langit dalam waktu yang lama. Akhirnya, tekanan mencapai titik puncaknya, dan daratan bergeser menjadi gempa yang mengguncang tanah —versi geologis dari napas atau batuk.
Siklus ini terlihat mematikan pada tahun 2015. Kala itu gempa berkekuatan 7,8 skala Richter menyebabkan petak pegunungan Himalaya tenggelam hampir dua kaki.
Baca Juga: Bencana akibat Mencairnya Gletser Himalaya Itu Sudah Diwanti-wanti
Namun yang menjadi catatan para peneliti, zona-zona yang berbeda dalam rangkaian pegunungan Himalaya dapat menghasilkan jenis atau intensitas pernapasan yang berbeda. Untuk memahami kerumitan ini, para ilmuwan harus menyatukan proses pembentukan gunung-gunung yang terjadi pada skala waktu yang berbeda secara drastis —dari penurunan kecepatan lempeng tektonik yang lambat hingga pergeseran gempa yang hampir seketika.
Ini bukanlah hal yang mudah. Pengukuran-pengukuran yang berbeda diperlukan untuk memahami setiap fenomena, yang sering kali melibatkan peneliti dari berbagai spesialisasi geologi.
Dari mebuah makalah penelitian yang ditinjau dalam studi terbaru ini, Hubbard dan rekan-rekannya menemukan bahwa lengkungan bawah permukaan mengelilingi bagian sesar yang bergeser selama gempa tahun 2015 tersebut. Ini mengisyaratkan bahwa struktur-struktur di pegunungan tersebut membatasi tingkat kerusakan dan juga besarnya gempa.
Struktur-struktur lain yang terbentuk selama berabad-abad mungkin ada di sepanjang wilayah tersebut, dan mereka juga dapat membatasi seberapa jauh gempa dapat merambat di dekat permukaan, kata Dal Zilio.
Makalah studi tinjauan ini sendiri menyoroti bagaimana mengumpulkan berbagai informasi yang tersedia dapat membantu para ilmuwan mengembangkan pemahaman yang lebih lengkap —dan model komputer yang lebih kuat— terkait gempa di Himalaya maupun pegunungan lainnya. Tidak hanya tentang bagaimana jangkauan gempa itu tumbuh, tetapi juga potensinya yang mematikan.
“Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui jenis gempa apa yang dapat kita perkirakan dan jenis kerusakan apa yang akan mereka hasilkan,” kata Hubbard yang menambahkan bahwa untuk melakukan hal itu perlu pekerjaan detektif yang signifikan.
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR