Nationalgeographic.co.id—Anggapan bahwa wanita Mesir seringkali dilecehkan, diremehkan, bahkan tidak dianggap keberadaannya di Mesir sana ternyata tidak benar.
Para wanita di Mesir memiliki hak kesepakatan yang legal dan mampu memiliki hak finansial secara mandiri, itu berarti mereka dapat menjual atau membeli bangunan, berperan sebagai juri/hakim, dan terkadang juga dapat terlibat dalam suatu perjanjian kontrak. Wanita Mesir yang pekerjaannya dilakukan di luar rumah mendapat upah yang setara dengan yang diterima pria pada masa itu. Wanita di Mesir juga berhak menceraikan suaminya, bukan selamanya terikat dengan suami seperti yang terjadi pada wanita Yunani. Wanita Mesir Kuno berhak atas banyak hal dan kebebasannya beragam.
Inilah empat temuan arkeologi mumi yang mendedahkan perempuan-perempuan perkasa pada masa Mesir Kuno: dari tokoh kunci pemerintahan sampai pendeta!
Mumi Lady Sattjeni Berusia 3.800 Tahun
Mumi Mesir kuno berusia 3.800 tahun telah ditemukan di pemakaman Qubbah el-Hawa di tenggara Mesir. beberapa tahun silam, arkeolog yang menggali dan menemukan mumi tersebut meyakini bahwa mumi itu merupakan seorang wanita bernama "Lady Sattjeni", tokoh terkemuka dari Kerajaan Pertengahan Mesir.
Keluarga Sattjeni memerintah Elephantine sekitar tahun 1800 SM, dan tingkatnya berada tepat di bawah keluarga Firaun yang berkuasa.
Tim arkeolog mengatakan bahwa mumi tersebut ditemukan dalam kondisi yang sangat baik. Jasadnya ditemukan dalam kondisi sangat baik; dibungkus dengan kain linen dan ditutup dengan dua peti mati kayu. Wajah juga ditutupi dengan topeng penguburan karton halus (terbuat dari lapisan linen/papirus yang dilapisi dengan plester).
Baca Juga: Ilmuwan Menciptakan Kembali Suara Nesyamun, Mumi Pendeta Mesir Kuno
Kepala Bidang Arkeologi Mesir Kuno Kementerian Kepurbakalaan Mesir saat itu, Mahmoud Afify mengatakan, “Penemuan sejarah ini sangat penting, karena Sattjeni merupakan salah satu tokoh yang amat penting di Kerajaan Pertengahan. Ia merupakan ibu dari Heqaib III dan Amaeny-Senb, dua pejabat tinggi Elephantine di bawah pemerintahan Amenemhat III, sekitar 1800-1775 SM.”
Mahmoud menambahkan bahwa peti mati dalam kondisi amat baik ketika ditemukan, sehingga para peneliti bahkan bisa mengetahui tahun berapa pohon yang digunakan untuk membuat peti mati itu ditebang.
Baca Juga: Pertama Kalinya di Dunia, Mumi Mesir Ditemukan dalam Kondisi Hamil
Selain itu, sisa-sisa gambar topeng untuk penguburan yang terbuat dari lapisan linen atau papirus tertutup plester juga ditemukan menyelimuti wajah mumi.
“Lady Sattjeni adalah tokoh kunci dari dinasti lokal. Ia merupakan putri dari Sarenput II dan setelah kematian semua anggota laki-laki keluarganya, ia menjadi pemegang hak dinasti dalam pemerintahan Elephantine,” ungkap Alejandro Jiménez-Serrano. Dia merupakan peneliti dari Jaén University di Spanyol yang membantu mengekskavasi.
Selama ini, para arkeolog tengah berupaya untuk mengumpulkan silsilah menguasa Elephantine, dan penemuan mumi Sattjeni ini tentu akan sangat membantu. Tim telah bekerja di Qubbah el-Hawa sejak 2008 dan sejak itu, mereka telah menemukan beberapa penguburan utuh, termasuk anak Lady Sattjeni, Heqaib III.
Para arkeolog yang sedang mempelajari piramid berusia 3800 tahun di area Dashur, Mesir dikejutkan dengan penemuan kamar makam yang mungkin menjadi rumah peristirahatan terakhir seorang putri Mesir.
Dalam kamar tersebut, para arkeolog menemukan sebuah kotak kayu dengan tulisan hieorglyphs (aksara Mesir kuno) “Hatshepset”. Walaupun mirip dengan nama Firaun Hatshepsut, tetapi para peneliti berkata bahwa pemilik kamar merupakan orang yang berbeda.
Menurut Kementerian Barang Antik Mesir, kayu tersebut seharusnya berisi guci kanopik yang menyimpan organ-organ dalam mumi. Sayangnya, guci tersebut telah hilang dan arkeolog hanya menemukan balutan mumi di dalam kotak tersebut.
Bukti yang tersisa hanya tulisan “Hatshepset” yang mungkin nama putri Firaun Ameny Qemau yang namanya juga tertulis pada bata putih di dalam piramida tersebut.
Baca Juga: Penemuan Mumi Perempuan Singkap Gaya Hidup Zaman Dinasti Ming
Profesor ilmu Mesir di Brown University, James Allen, dan peneliti di University of Bristol, Aidan Dodson memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai penemuan ini.
“Ini adalah kotak untuk guci kanopik. Tulisannya pun sangat umum ditemukan pada kotak-kotak dari Periode Pertengahan Kedua (1640 SM hingga 1540 SM) dan berada pada sisi kotak yang menghadap Timur,” ujar Allen.
Mentranslasikan tulisan tersebut, Allen berkata bahwa kalimat pertama mengatakan, Neith (dewi yang bertugas menjaga guci), ulurkan tanganmu untuk Duamutef (dewa untuk guci kanopik yang berisi organ perut) yang berada di dalammu.
Sementara itu, tulisan yang berada di sisi kiri atas mengatakan, “Dihormati dengan Neith, putri raja Hatshepset”, dan yang di sisi kanan atas mengatakan, “Dihormati dengan Duamutef, putri raja Hatshepset.”
Allen mengatakan, aku menduga bahwa Hatshepset adalah putri Ameny Qemau yang dikuburkan dalam piramida ayahnya.
Dodson pun berpendapat sama. Dia mengatakan, kotak kanopik ini pasti milik seorang putri raja, tetapi dia kesulitan membaca namanya karena tidak ada indikasi mengenai keturunannya.
Baca Juga: Mumi Berlidah Emas Ditemukan di Situs Mesir Kuno, Usianya 2.000 Tahun
“Piramida ini bukan tipe yang biasanya digunakan untuk seorang putri. Oleh karena itu, piramida ini pasti dibangun untuk seorang raja, tetapi kemudian digunakan untuk penguburannya (putri),” ujarnya menambahkan.
Ameny Qemau sendiri sudah memiliki piramida pribadi di daerah Dashur. Piramida Ameny Qemau tersebut ditemukan pada 1957 dan berada sekitar 600 meter dari piramida yang kini disebut-sebut sebagai milik putri Hatshepset.
Mengenai hal ini, Dodson mengatakan, adanya tulisan ‘Ameny Qemau’ bisa jadi karena dia (Ameny Qemau) merebut piramid milik raja sebelumnya untuk salah satu putrinya. Sebab, tidak ada alasan untuk membangun dua piramida bagi dirinya sendiri.
Kini, kelompok peneliti dari Kementerian Barang Antik Mesir sedang menggali piramida tersebut. Mereka baru saja menemukan sisa sarkofagus di dalam kamar makam. Mereka mengatakan, selagi penggalian berlanjut, penemuan baru mungkin sedang menunggu.
Kementerian Purbakala Mesir mengatakan eksplorasi telah berlangsung di dalam makam Raja Tutankhamun yang berusia 3.300 tahun untuk mencari ruangan-ruangan tersembunyi yang diyakini para ahli Mesir Kuno mungkin berisi makam Ratu Nefertiti.
Menteri Purbakala Mesir Mesir Mamdouh el-Damaty mengatakan pada bulan September lalu bahwa ia yakin ada ruangan tersembunyi di belakang makam Raja Tut.
Ahli Mesir Kuno berkebangsaan Inggris Nicholas Reeves pernah mengunjungi makam tersebut bersama el-Damaty. Dia mempunyai teori bahwa Tutankhamun, yang meninggal pada usia 19, mungkin dimakamkan dengan terburu-buru di ruangan depan makam Nefertiti..
Nefertiti dikenal akan kecantikannya yang diabadikan lewat patung kepalanya. Dia digambarkan sebagai ratu yang memiliki kombinasi kekuatan dan kecantikan. Ia memiliki tubuh ramping, berbibir merah serta memiliki mata coklat almond.
Baca Juga: Lagi, Penemuan Sarkofagus yang Terkubur Selama 2.500 Tahun di Mesir
Tapi bukan hanya kecantikannya yang jadi perhatian ilmuwan. Kematian ibu Raja Tutankhamun yang meninggal pada 1336 SM itu penuh misteri. Makamnya tak pernah ditemukan.
Beberapa teori mengemuka. Salah satu teorinya, makam Nefertiti berada di ruangan rahasia di kompleks makam Raja Tutankhamun atau Raja Tut.
Sebuah penelitian yang dilakukan di makam Raja Tut di Lembah Para Raja-raja pada tahun 2015 memberi petunjuk tentang makam Ratu mesir yang hidup pada periode terkaya kebudayaan mesir kuno, antara 1370 - 1330 SM itu.
Penelitian yang dilakukan oleh ahli peradaban mesir asal Inggris, Nicholas Reeves, itu menyebutkan mengungkap adanya pintu masuk rahasia di makam Raja Tut.
Hasil penelitian didukung oleh riset pakar radar Jepang, Hirokatsu Watanabe, yang mengklaim memiliki bukti adanya dua buah ruangan di makam Raja.
"Memang ada, berdasarkan radar, ada sebuah ruangan di belakang dinding, tidak diragukan lagi," katanya.
Berdasarkan temuan tersebut, bulan ini sebuah tim peneliti berencana kembali melanjutkan pencarian makam Nefertiti. Tim akan kembali menggunakan sistem radar untuk memindai makam Tut.
Kali ini, pencarian dipimpin tim Universitas Polytechnic Turin, Italia. Tim itu merupakan tim ketiga yang melakukan penelitian dalam dua tahun terakhir.
"Ini akan menjadi kerja penelitian ilmiah yang membutuhkan ketelitian dan akan memakan waktu beberapa hari atau mungkin minggu," kata Franco Porcelli, pemimpin proyek pencarian makam yang juga profesor fisika di Departemen Sains Terapan dan Teknologi Universitas Polytechnic Turin Italia, seperti dikutip dari Daily Mail.
"Tiga sistem radar akan digunakan dengan cakupan frekuensi dari 200Mhz hingga 2GHz," tambahnya.
Mamdouh Eldamaty, mantan Menteri Kepurbakalaan Mesir meyakini adanya ruang tersembunyi dalam makam Raja Tut. Jika terbukti ada ruang rahasia, itu bisa menjadi penemuan bersejarah abad ini.
Sebelumnya National Geographic telah melakukan pemindaian radar dengan harapan menemukan adanya bukti makam yang lebih jelas. Namun pemindaian dengan menggunakan antena radar dengan frekuensi 400 dan 900 Mhz ini ternyata tak membawa hasil. Alias tidak ditemukan bukti ada ruang kosong yang tersembunyi.
Hetpet, Pendeta Perempuan yang Melayani Hathor—Dewi Kesuburan Mesir
Arkeolog Mesir mengatakan mereka telah menemukan makam berusia 4.400 tahun di dekat piramida di luar Kairo pada awsal 2018.
The Egyptian Antiquities Ministry mengumumkan bahwa makam tersebut kemungkinan besar milik pejabat tinggi—yang dikenal dengan sebutan Hetpet—pada Dinasti Kelima Mesir. Hetpet diyakini sebagai pendeta wanita yang melayani Dewi Kesuburan, Hathor.
“Kami yakin dia merupakan pejabat tinggi dan memiliki hubungan yang kuat dengan anggota kerajaan,” kata menteri Khaled al-Anani.
Di makam tersebut, terdapat lukisan dinding yang menggambarkan Hetpet sedang mengamati berbagai adegan berburu dan memancing.
Baca Juga: Gumpalan Keju Berusia 3000 Tahun Ditemukan di Makam Mesir Kuno
Mostafa Al-Waziri, pemimpin misi arkeologi ini mengatakan, ada juga gambar monyet—yang pada masa itu dijadikan hewan peliharaan—sedang mengumpulkan buah dan menari di depan orkestra. “Makam itu dalam kondisi sangat baik,” kata Waziri. "Ada penggambaran adegan tradisional yang berwarna: hewan yang merumput, memancing, menangkap burung, persembahan, pengorbanan, tentara, dan mengumpulkan buah."
Ia yakin, Hetpet memiliki makam lain di Giza. “Ini merupakan lokasi yang menjanjikan. Kami berharap bisa menemukan lebih banyak lagi,” katanya.
Baca Juga: Arkeolog Temukan Mumi Bertato, Diduga Pemuka Agama Pada Zamannya
Piramida Giza merupakan lokasi yang terkenal akan pemakaman kuno di Mesir. Sebagian besar makam yang digali menunjukkan bahwa itu tempat peristirahatan terakhir para firaun dan permaisuri mereka. Namun, para pejabat tinggi dan pendeta penting juga diyakini memiliki makam di sana.
“Kami telah menggali 250-300 meter lapisan bumi untuk menemukan makam tersebut. Apa yang kita lihat di permukaan Mesir, tidak mewakili apa yang dimiliki pusatnya,” tambah Waziri.
Makam Hetpet ini ditemukan pada lokasi tempat tinggal pejabat tinggi Dinasti Kelima Kerajaan Mesir Kuno pada 2500 dan 2300 BC. Para arkeolog sudah menggali makam-makam di lokasi tersebut sejak 1842.
Beberapa tahun silam para ilmuwan yang memindai piramida dengan teknologi pencitraan, menemukan lorong kosong sepanjang 30 meter pada dinding tebal piramida.
Baca Juga: Resep Medis 'Bapak Kedokteran' Tersingkap di Biara Kuno Mesir
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR