Dua puluh lima tahun kemudian, upaya konservasi ini membuahkan hasil, kata para ahli. Secara keseluruhan, antara 300 dan 400 babi kerdil itu kini tetap berada di alam liar, dan 76 lainnya masih di penangkaran. Pendek kata, spesies tersebut tampaknya berkembang.
Keberhasilan program awal ini mengarah pada upaya selanjutnya. Antara 2008 dan 2020, para ilmuwan melepaskan 130 babi kerdil ke dua taman nasional, Manas dan Orang, dan dua suaka margasatwa, Barnadi dan Sonai Rupai. Semua taman nasional dan suaka margasatwa itu berlokasi di Assam.
Ada rencana untuk melepaskan setidaknya 60 babi lagi ke Manas dalam lima tahun ke depan, kata Parag Deka, direktur proyek Program Konservasi Babi Kerdil (Pygmy Hog Conservation Programme), yang berbasis di Guwahati, ibu kota Assam.
Baca Juga: Tiga Jenis Babi Unik di Indonesia: Babi Berjanggut hingga 'Bercula'
“Sangat penting bagi saya untuk terus bertahan dan menyelamatkan spesies ini dari kepunahan,” kata Deka seperti dilansir National Geographic. “Kita semua harus mencari tujuan hidup. Ketika saya terlibat dalam proyek ini, saya menyadari ini dapat memberi saya tujuan itu. "
Di bumi ini setidaknya ada tujuh belas spesies babi hutan yang hidup di seluruh dunia. Ironisnya, hampir semua spesies ini terancam punah.
Yang membuat babi kerdil ini begitu istimewa, selain ukurannya yang kecil, adalah keunikan evolusinya. Mereka adalah satu-satunya spesies dari genus Porcula, kata Matthew Linkie, koordinator Asia untuk Wild Pig Specialist Group di International Union for Conservation of Nature (IUCN).
“Jika kita kehilangan spesies ini,” katanya, “maka kita akan kehilangan seluruh genus tersebut dan jutaan tahun evolusinya dalam sekejap.”
Baca Juga: Mengenal Babi Berjanggut di Riau yang Kini Berstatus Terancam Punah
Source | : | National Geographic |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR