Namun begitu, pihak museum masih mempertahankan argumen mereka bahwa kedua ambang pintu itu mungkin tidak dicuri. Artefak-artefak tersebut meninggalkan Thailand “dalam keadaan yang sangat tidak jelas,” kata Mintz, dan muncul di Eropa, tempat Brundage membelinya.
Tidak ada dokumentasi mengenai ekspor mereka dari Thailand yang pernah ditemukan --yang menurut otoritas AS dan Thailand sebagai bukti bahwa mereka dicuri. Mintz mengatakan bahwa kurangnya bukti tidak berarti ada bukti bahwa kejahatan telah dilakukan.
Kasus tersebut mendorong museum untuk meninjau asal-usul artefak-artefak mereka lainnya.
Pihak berwenang Amerika Serikat (AS) menekankan pentingnya memulangkan artefak-artefak budaya hasil curian. Upacara pemulangan kedua ambang pintu kuno tersebut, termasuk adanya tarian dan doa Thailand, diadakan di Los Angeles karena konsulatnya berada di kota yang juga memiliki populasi Thailand terbesar di AS tersebut.
Duta Besar Thailand untuk AS, Manasvi Srisodapol, menyebut upacara tersebut sebagai bagian dari "perjalanan suci pulang" kedua ambang pintu tersebut. Ia juga mengatakan sampai saat ini masih ada perdagangan ilegal artefak-artefak Thailand yang sedang berlangsung di pasar gelap.
Baca Juga: Takut dengan Virus Corona, Pria Ini Kembalikan Peninggalan Romawi yang Dicurinya
“Saya berharap cerita tentang kedua ambang pintu Thailand ini akan membantu meningkatkan kesadaran publik untuk mencegah penghapusan harta bersejarah, religius dan budaya dari situs asli mereka di komunitas lokal,” katanya.
David Keller, agen khusus Investigasi Keamanan Dalam Negeri yang mengawasi kasus repatriasi selama hampir empat tahun itu, mengatakan para pejabat yakin dealer Eropa secara ilegal mengekspor lintel keluar dari Thailand. Perkiraan nilai gabungan barang-barang antik tersebut adalah 700 ribu dolar AS atau sekitar Rp10 mliar.
Tatum King, agen khusus yang bertanggung jawab untuk Investigasi Keamanan Dalam Negeri di San Francisco, mengatakan kasus tersebut memperkuat perlunya para museum dan kolektor seni untuk menginventarisasi barang-barang mereka dan melihat apakah ada artefak yang benar-benar dicuri.
“Museum-museum seringkali menjadi garis depan dalam hal ini, dan kami membutuhkan bantuan mereka,” tegas King.
Baca Juga: Candi-Candi yang Terpinggirkan
Source | : | Los Angeles Times,AP |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR