Nationalgeographic.co.id—Pemerintah San Fransisco mengembalikan dua artefak religius curian kepada pemerintah Thailand pada hari Selasa lalu. Artefak-artefak itu merupakan ambang pintu yang terbuat dari batu pasir dan berhiaskan ukiran tangan.
Kedua ambang pintu tersebut berasal dari abad ke-9 dan ke-10. Barang-barang antik seberat 1.500 pon atau sekitar 680 kilogram itu telah dicuri dan diekspor dari Thailand kira-kira setengah abad yang lalu, kata pihak berwenang. Pencurian dan penyelundupan barang antik semacam itu merupakan bentuk pelanggaran hukum di Thailand.
Sebelumnya, seorang kolektor barang antik telah menyumbangkan kedua artefak tersebut ke kota San Francisco, kata pihak berwenang. Kedua barang kuno itu telah dipamerkan di San Francisco Asian Art Museum.
San Francisco, pemilik museum tersebut, setuju untuk menyerahkan dua lempengan batu pasir kuno itu setelah dilakukannya penyelidikan tiga tahun oleh Departemen Keamanan Dalam Negeri AS dan munculnya gugatan perdata terkait keberadaan kedua artefak tersebut. Kedua ambang pintu itu adalah bagian struktural dari dua tempat suci agama di timur laut Thailand.
Catatan menunjukkan bahwa kedua ambang pintu itu telah diperoleh oleh seorang kolektor di galeri di London dan Paris pada 1960-an, menurut pengaduan perdata tersebut. Sang kolektor, Avery Brundage, tampaknya menyadari bahwa setidaknya salah satu ambang pintu itu telah diambil secara ilegal dari Thailand, kata pengaduan tersebut.
Brundage, mantan presiden Komite Olimpiade Internasional yang kontroversial yang menyumbangkan barang-barang seni untuk mendirikan museum tersebut, meninggal pada tahun 1975.
Pihak museum berpendapat bahwa pihak berwenang mengaitkan dua ambang pintu itu dengan ambang pintu yang ketiga. Ambang pintu ketiga itu sebenarnya dikembalikan Brundage ke Thailand pada tahun 1970 ketika dia mengetahui bahwa itu mungkin telah dipindahkan secara ilegal dari Thailand, menurut Robert Mintz, wakil direktur San Fransisco Asian Art Museum.
Baca Juga: Delapan Barang Berumur 50 Abad Milik Irak Dikembalikan Oleh Inggris
Ambang pintu ketiga tidak pernah menjadi bagian dari koleksi seni San Francisco, kata Mintz. Selain itu, para pejabat museum juga mengatakan tidak ada bukti Brundage tahu bahwa dua ambang pintu lainnya mungkin telah dicuri.
Pemerintah Thailand telah berusaha agar museum mengembalikan artefak-artefak lainnya tersebut sejak 2016. The Los Angeles Times sempat melaporkan misteri seputar kedua ambang pintu tersebut, dan berbagai upaya untuk mengembalikannya ke Thailand pada bulan Maret lalu.
Mintz mengatakan museum mengikuti peraturan—yang menetapkan langkah-langkah tertentu yang harus diambil terkait hasil gugatan perdata tersebut. Mereka menyatakan tidak berusaha untuk menunda pengembalian kedua ambang pintu tersebut.
"Kami sangat senang kedua ambang pintu Thailand itu telah dikembalikan secara resmi," ujar Mintz, seperti dilansir AP. Kedua ambang pintu itu benar-benar telah sampai ke tempatnya masing-masing.
Namun begitu, pihak museum masih mempertahankan argumen mereka bahwa kedua ambang pintu itu mungkin tidak dicuri. Artefak-artefak tersebut meninggalkan Thailand “dalam keadaan yang sangat tidak jelas,” kata Mintz, dan muncul di Eropa, tempat Brundage membelinya.
Tidak ada dokumentasi mengenai ekspor mereka dari Thailand yang pernah ditemukan --yang menurut otoritas AS dan Thailand sebagai bukti bahwa mereka dicuri. Mintz mengatakan bahwa kurangnya bukti tidak berarti ada bukti bahwa kejahatan telah dilakukan.
Kasus tersebut mendorong museum untuk meninjau asal-usul artefak-artefak mereka lainnya.
Pihak berwenang Amerika Serikat (AS) menekankan pentingnya memulangkan artefak-artefak budaya hasil curian. Upacara pemulangan kedua ambang pintu kuno tersebut, termasuk adanya tarian dan doa Thailand, diadakan di Los Angeles karena konsulatnya berada di kota yang juga memiliki populasi Thailand terbesar di AS tersebut.
Duta Besar Thailand untuk AS, Manasvi Srisodapol, menyebut upacara tersebut sebagai bagian dari "perjalanan suci pulang" kedua ambang pintu tersebut. Ia juga mengatakan sampai saat ini masih ada perdagangan ilegal artefak-artefak Thailand yang sedang berlangsung di pasar gelap.
Baca Juga: Takut dengan Virus Corona, Pria Ini Kembalikan Peninggalan Romawi yang Dicurinya
“Saya berharap cerita tentang kedua ambang pintu Thailand ini akan membantu meningkatkan kesadaran publik untuk mencegah penghapusan harta bersejarah, religius dan budaya dari situs asli mereka di komunitas lokal,” katanya.
David Keller, agen khusus Investigasi Keamanan Dalam Negeri yang mengawasi kasus repatriasi selama hampir empat tahun itu, mengatakan para pejabat yakin dealer Eropa secara ilegal mengekspor lintel keluar dari Thailand. Perkiraan nilai gabungan barang-barang antik tersebut adalah 700 ribu dolar AS atau sekitar Rp10 mliar.
Tatum King, agen khusus yang bertanggung jawab untuk Investigasi Keamanan Dalam Negeri di San Francisco, mengatakan kasus tersebut memperkuat perlunya para museum dan kolektor seni untuk menginventarisasi barang-barang mereka dan melihat apakah ada artefak yang benar-benar dicuri.
“Museum-museum seringkali menjadi garis depan dalam hal ini, dan kami membutuhkan bantuan mereka,” tegas King.
Baca Juga: Candi-Candi yang Terpinggirkan
Source | : | Los Angeles Times,AP |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR