“Betapa indah dan besar spesies ini dalam kehidupan, untuk mendengar suara kepakan sayap raksasanya saat terbang melewati kepalaku, ini sungguh luar biasa.”
Bolt tidak sendirian kala menemukan lebah raksasa itu. Bersama dengan tim peneliti biologi dari Amerika Utara dan Australia, ia menemukan lebah raksasa Wallace betina yang hidup di dalam sarang rayap di pohon, sekitar dua meter di atas tanah.
Lebah raksasa Wallace sendiri mendapatkan namanya dari sang penemunya, Alfred Russel Wallace. Penjelajah sekaligus ahli biologi asal Inggris itu, pertama kali menemukan spesies lebah raksasa Wallace pada 1858 ketika mendatangi Pulau Bacan yang terletak di Kepulauan Maluku.
Baca Juga: Babi Terkecil di Dunia, yang Sempat Dikira Punah, Kembali ke Alam
Ketika menemukan lebah tersebut, Wallace mendeskripsikannya sebagai "serangga besar seperti tawon hitam, dengan rahang yang sangat besar seperti kumbang rusa." Namun, setelah lebih dari satu abad Wallace menemukannya, tak ada lagi Megachile pluto yang dilaporkan.
Pada 1981, seorang peneliti serangga asal AS bernama Adam Messer, menemukan beberapa sarang Megachile pluto di Pulau Bacan dan pulau-pulau sekitarnya. Penemuan sarang ini begitu langka sampai penduduk setempat mengatakan bahwa mereka tak pernah melihat sarang semacam itu sebelumnya.
Sebenarnya, menurut laporan The Guardian, seorang ahli serangga telah mengumpulkan satu lebah raksasa Wallace pada tahun 1991. Namun, penemuan itu tidak pernah dicatat dalam jurnal ilmiah. Selain itu, pada 2018, lebah raksasa Wallace yang telah mati diketahui terlihat di situs lelang online.
Source | : | The Guardian |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR