Nationalgeographic.co.id—Spesies baru katak pohon baru saja ditemukan oleh para ilmuwan di Papua Nugini. Spesies baru ini tidak seperti katak pohon apa pun yang pernah terlihat sebelumnya.
Salah satu ciri unik dari spesies katak yang baru ditemukan ini adalah pigmen kulitnya. Jika katak pohon biasanya berwarna hijau, katak ini justru memiliki warna tubuh seperti cokelat yang menggemaskan. Science Times melaporkan, tubuh katak pohon ini mirip cokelat katak yang ada di film serial Harry Potter.
Paul Oliver, ahli filogenetik dari Griffith University yang menjadi salah satu penulis dalam laporan studi katak ini, mengatakan bahwa penemuan ini mengejutkan karena katak pohon hijau umum Australia telah dipelajari secara ekstensif selama bertahun-tahun. Namun kerabat katak pohon yang diabaikan ini ternyata kemudian ditemukan hidup di hutan hujan dataran rendah di Papua Nugini.
Science Alert melaporkan bahwa keunikan bentuk tubuh katak ini menjadi alasan mengapa para peneliti memutuskan untuk menamai spesies katak baru yang mirip cokelat itu sebagai Litoria mira. Dalam bahasa Latin, mira berarti aneh atau mengejutkan.
Penelitian di Papua Nugini ini awalnya bertujuan untuk melihat lebih dalam pada genus katak pohon Australasia yang dikenal sebagai Litoria di seluruh wilayah Australia dan Papua Nugini (New Guinea).
Di dunia katak, ada sedikit kebingungan dan perdebatan mengenai apakah katak pohon Australia yang umum termasuk dalam keluarga Litoria atau bukan. Pada tahun 2016, para peneliti menerbitkan sebuah penelitian di jurnal Biotaxa di mana mereka membagi keluarga Litoria menjadi beberapa genera terpisah. Ini mengarah pada kesimpulan bahwa katak pohon hijau Australia yang umum sebenarnya lebih banyak berada di bawah genus Ranoidea.
Baca Juga: Spesies Krustasea 'Raksasa' Pemakan Bangkai Ditemukan di Laut Dalam
Meskipun demikian, beberapa ilmuwan skeptis. Mereka mengutip data yang hilang dalam analisis genetik sebagai alasan di balik kesimpulan tersebut.
Tim peneliti tersebut menyelidiki habitat katak pohon hijau yang dikenal sebagai Litoria caerulea, menelusurinya di seluruh Australia dan bagian utara Papua Nugini. Kedua daratan itu hanya berjarak 150 kilometer pada jarak terdekatnya dan pernah dihubungkan oleh jembatan darat ketika planet ini lebih dingin, dan permukaan air laut lebih rendah.
Para peneliti berhipotesis bahwa mungkin ada pembauran yang signifikan antara spesies dari kedua wilayah tersebut, termasuk katak pohon hijau biasa. Hal ini mengakibatkan kemampuan katak untuk berkembang biak di berbagai iklim, seperti di Papua Nugini, di mana sebagian besar terdapat hutan hujan, dan di Australia utara, terutama di sabana.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Australian Journal of Zoology, berjudul "Multiple trans-Torres Strait colonisations by tree frogs in the Litoria caerulea group, with the description of a new species from New Guinea," para peneliti menulis bahwa katak pohon cokelat yang baru ditemukan ini adalah spesies unik untuk anggota Litoria lainnya. Spesies ini memiliki beberapa keunikan, terutama dari punggung besarnya yang berwarna cokelat seragam.
Katak mirip cokelat kodok Harry Potter yang baru ditemukan ini juga memiliki daerah cokelat gelap hingga sedang bergaris tebal di tenggorokan dan dadanya. Para peneliti menyatakan bahwa penemuan tersebut tidak bermaksud untuk mengatakan bahwa tidak ada spesies katak pohon cokelat lainnya. Meskipun biasanya tubuh katak pohon memang berwarnah hijau, setidaknya hingga saat ini sudah ada 215 spesies dari genus Litoria dan Ranoidea yang tidak berwarna hijau terang.
Steve Richards dari South Australian Museum menjelaskan bahwa karena katak pohon tersebut tumbuh subur di daerah yang panas, hangat, dan rawa-rawa yang dipenuhi buaya, ia mungkin telah berevolusi untuk mencegah pigmentasi hijau agar tetap anonim atau tersamarkan di lingkungan sekitarnya.
Para peneliti sangat gembira dengan penemuan spesies baru katak pohon yang mirip cokelat di Papua Nugini ini. Namun basih banyak lagi yang harus mereka pelajari terkait Litoria mira ini.
Baca Juga: Spesies Baru Katak Labu Ditemukan, Bisa Berpendar dan Sangat Beracun
Source | : | Science Alert,Science Times |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR