Penelitian ini dilakukan pada 1992. Saat itu Truman bersama Francois Semah, peneliti geologi dengan spesialis stratigrafi dan pertanggalan dari Perancis. Keduanya memimpin eksplorasi tim gabungan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional bersama Museum National d’Histoire NaturÃlle Paris, Perancis.
Kemudian Truman menulis makalah berjudul Kronologi Hunian dan Prasejarah di Gua Braholo dan Song Keplek, Gunung Sewu pada 2001.
Dia menjelaskan bahwa Song Keplek merupakan salah satu situs prasejarah yang menjadi tempat hunian manusia ras Australomelanesid yang hidup pada 8.000-4.500 tahun lalu.
Truman juga menemukan jejak gigi yang sama pada temuan kerangka manusia di Gua Harimau, Sumatra Selatan pada 2008 hingga 2012. Bahkan, temuan jejak menginang di Gua Harimau diakuinya lebih banyak dibandingkan dengan temuan di Song Keplek. Truman mengatakan, berdasarkan lapisan stratigrafinya, kerangka manusia di Gua Harimau ini lebih muda dari di Song Keplek, yaitu berusia sekitar 2.000-an tahun.
Baca Juga: Orang Cina dalam Cerita Sebutir Kacang di Jalur Rempah Nusantara
“Teman-teman yang bergerak di bidang paleoantropologi telah mencoba menganalisis jejak warna cokelat kemerahan pada gigi kerangka itu dan mereka cenderung mengatakan bahwa itu adalah jejak sirih,” ungkapnya.
Berdasarkan data-data arkeologi baik dari Indonesia maupun di luar Indonesia, Truman menduga, kebiasaan pinang sirih bisa dikatakan milik penutur Austronesia atau paling tidak terjadi pada masa neolitik. Lalu, dalam perkembangannya, justru yang mempertahankan kebiasaan itu bukanlah orang Austronesia melainkan Non-Austronesia—yaitu ras Australomelanesid. “Mereka meminjam budaya nyirih yang dibawa oleh orang-orang Austronesia dan mempertahankannya hingga sekarang,” tutur Truman.
Dalam buku terbarunya berjudul Manusia-manusia dan Peradaban Indonesia, Truman menyinggung sedikit tentang tradisi yang dipinjam ras Australomelanesid dari orang-orang Austronesia; dan sebaliknya, termasuk kebiasaan pinang sirih. Pinjam meminjam tradisi ini terjadi saat orang Austronesia datang ke Nusantara, sekitar 4.000-an tahun silam. Mereka menemukan populasi asli yaitu orang Australomelanesia. Saat itulah terjadi perjumpaan, pertukaran budaya dan perkawinan campur.
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR