Nationalgeographic.co.id – Sebagai bentuk upaya menstimulasi perekonomian nasional yang terdampak pandemi Covid-19, pemerintah menghadirkan program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
Program tersebut bertujuan mempertahankan daya beli, serta menyokong sektor perekonomian penyumbang Produk Domestik Bruto (PDB), seperti usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Staf Khusus Kementerian Keuangan Yustinus Prastowo mengatakan, tren perekonomian Indonesia tengah menunjukkan pergerakan ke arah kebijakan yang tepat. Namun, pemerintah akan terus berfokus melakukan pemulihan kesehatan dan penanganan dampak sosial ekonomi akibat pandemi Covid-19 secara berasama-sama.
Pemerintah telah memberikan jaring pengaman sosial dengan beragam skema dan saluran. Tidak hanya memperkuat perekonomian masyarakat kelas menengah ke bawah, pemerintah juga mendorong para pelaku UMKM dan industri agar tetap bertahan di masa sulit.
Baca Juga: Villa Papyri, Satu-satunya Perpustakaan yang Dipulihkan di Zaman Kuno
"Sebanyak 40 juta kepala keluarga (KK) atau sekitar 120-140 juta jiwa di seluruh Indonesia saat ini sudah mendapatkan jaring pengaman sosial dengan beragam skema," paparnya dalam Dialog Produktif KPCPEN, menurut rilis yang diterima NGI, Sabtu (3/7/2021).
Yustinus memaparkan, UMKM dapat memperoleh bantuan produktif berupa modal, subsidi bunga, dan penundaan pembayaran kredit dengan menghubungi Kementerian Koperasi dan UKM, serta lembaga keuangan seperti Pegadaian dan bank-bank BUMN.
Sementara itu, untuk insentif perpajakan, pelaku UMKM bisa menghubungi Ditjen Pajak Kemenkeu. Yustinus juga menyebut, masih banyak bantuan-bantuan lain yang tersebar di berbagai kementerian dan lembaga lain.
Pada webinar tersebut, pengusaha kuliner yang merupakan pemilik restoran Cut The Crab, Teddy Yulianto mengakui bahwa stimulus dari pemerintah membantunya melalui masa sulit.
Adapun bantuan program PEN yang sempat ia dapatkan adalah bantuan langsung tunai (BLT) BPJS bagi karyawan Cut The Crab yang berpenghasilan di bawah Rp 5 juta.
“Dari sisi bantuan pemerintah, karyawan pun sudah mendapatkan dukungan positif,” kata Teddy.
Pengusaha melihat peluang dan beradaptasi
Sebagai pengusaha, Teddy mengatakan bahwa pandemi Covid-19 mendorong banyak perubahan. Oleh sebab itu, menurutnya, pelaku usaha juga harus melakukan upaya adaptasi untuk bertahan di masa pandemi. Salah satunya, dengan lebih hati-hati mengelola keuangan.
“Meski terdampak pandemi, dengan manajemen keuangan yang baik, pelaku usaha makanan dan minuman, seperti kami masih cukup bisa menjaga arus kas sampai punya ruang untuk membuka cabang,” tambah Teddy.
Yustinus mengamini pendapat Teddy. Menurutnya, dalam situasi saat ini, kemampuan beradaptasi menjadi kunci bertahan bagi semua pihak. Tak hanya masyarakat yang harus beradaptasi, pemerintah pun melakukannya.
"Negara juga melakukan hal yang sama. Anggaran belanja negara kita realokasi dan fokuskan ulang untuk anggaran penanganan Covid-19," ujarnya.
Baca Juga: Kabar Arktika: Penemuan Populasi Beruang Kutub di Lautan Chukchi
Di sisi lain, perencana keuangan, Rista Zwestika, mengajak masyarakat dan pelaku usaha untuk melihat peluang di masa pandemi.
“Pandemi Covid-19 mendorong masyarakat untuk keluar dari zona nyaman karena adanya risiko yang harus dihadapi. Dengan demikian, merencanakan keuangan pribadi maupun keuangan bisnis menjadi sangat diperlukan,” jelas Rista.
Rista Menyarankan, untuk saat ini, arus keuangan harus diurutkan sesuai skala prioritas demi memenuhi kewajiban pembayaran, belanja kebutuhan hidup, baru kemudian memenuhi keinginan.
“Di level selanjutnya, kita perlu merencanakan keuangan ini untuk memitigasi risiko yang akan terjadi, baik memberi perlindungan jiwa dan kesehatan kita. Dengan kondisi pandemi sekarang ini ketika banyak dari kita kehilangan pendapatan, cobalah mengatur kembali keuangan kita,” sarannya.
Penulis | : | Nana Triana |
Editor | : | Sheila Respati |
KOMENTAR