Banyak orang mungkin berasumsi bahwa salah satu faktor pendorong komunikasi hewan adalah seberapa sosial spesies tersebut. Memang benar bahwa beberapa spesies yang sangat sosial juga lebih banyak bicara.
Misalnya, burung-burung quelea terus-menerus bersuara saat sedang terbang. Lalu ada mamalia seperti meerkat, makhluk kecil mirip luwak dari Afrika selatan, yang hidup dalam komunitas besar dan suka berteman yang secara kooperatif dalam membesarkan anak, mencari makan, dan mencari pemangsa.
"Ketika mereka mencari makan, mereka selalu mencicit, supaya semuanya tahu, 'Aku di sini; ini aku; semuanya baik-baik saja; tidak ada pemangsa di sekitar.' Mereka terus-menerus membuat panggilan kontak yang pelan dan lembut ini," kata Arik Kershenbaum, seorang ahli zoologi di University of Cambridge di Inggris yang mempelajari komunikasi vokal hewan dan menggunakan algoritma untuk menganalisis dan membandingkan suara mereka.
Baca Juga: Kecepatan Bumi Melebihi Pesawat Jet. Mengapa Kita Tak Merasakannya?
Tapi ini bukan sesuatu yang mutlak. Menjadi makhluk sosial tidak selalu berarti menjadi hewan banyak berkomunikasi, kata Kershenbaum. Sebab, bersuara juga ada risikonya.
"Kebanyakan hewan berusaha untuk tidak terlalu banyak bersuara, karena sebenarnya membutuhkan banyak energi," kata Kershenbaum seperti dikutip dari Live Science. Kershenbaum adalah penulis buku "The Zoologist's Guide to the Galaxy" terbitan Penguin Press tahun 2921 yang sebagian membahas komunikasi hewan.
Faktor lainnya adalah predasi. Suara membuat hewan berisiko untuk ditangkap oleh predator lain maupun manusia.
Ketika berbicara tentang komunikasi vokal, spesies sosial cenderung memiliki keragaman yang lebih besar dalam pesan yang mereka sampaikan, kata Kershenbaum. Sebagai aturan umum, hewan yang menyendiri perlu mengomunikasikan pesan yang lebih sederhana ke seluruh dunia, dibandingkan dengan hewan yang hidup dalam kelompok kooperatif di mana komunikasi diperlukan untuk mempertahankan hierarki sosial, mencari dan berbagi makanan, dan saling mengingatkan akan ancaman.
Baca Juga: Temuan Mumi Burung di Gurun Atacama Chile Singkap Sisi Gelap Manusia
Source | : | Live Science |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR