Narasi tradisional menekankan Ethiopia lemah dalam kesulitan menghadapi agresi dan kekuatan eksternal, terutama Mamluk di Mesir. Akibatnya, Ethiopia mencari bantuan militer dari rekan-rekan Kristen mereka ke utara seperti kerajaan Aragon yang berkembang (Spanyol moderen), dan Prancis. Namun, kisah nyata terkubur dalam teks-teks diplomatik abad pertengahan dan belum disatukan oleh para sarjana moderen.
Raja-raja Solomon di Ethiopia, dalam cerita ulang Krebs, menjalin hubungan trans-regional. Mereka "menemukan" kerajaan-kerajaan Eropa abad pertengahan akhir, bukan sebaliknya. Orang Afrikalah yang mengirim duta besar ke negeri asing dan jauh pada awal abad ke-15.
Mereka mencari keingintahuan dan relik suci dari para pemimpin asing yang bisa menjadi simbol gengsi dan kebesaran. Pada awal Abad Penjelajahan, ada narasi yang menggambarkan penguasa Eropa sebagai pahlawan karena mengirimkan kapal mereka ke negeri asing. Sementara Krebs justru menemukan bukti bahwa raja-raja Ethiopia mensponsori misi diplomasi, iman, dan perdagangan mereka sendiri sebelum Eropa memulainya.
Baca Juga: Alkitab Abad Pertengahan Kembali ke Katedral Setelah 500 Tahun Hilang
Sejarah Ethiopia abad pertengahan tampaknya memiliki cakupan yang lebih luas daripada abad ke-15 dan ke-16. Mereka telah menjalin hubungan dengan Mediterania, yang lebih terkenal sejak awal ekspansi Kekristenan.
Aksum, kerajaan pendahulu yang sekarang kita kenal sebagai Ethiopa, measuki era Kristen pada awal abad keempat. Fakta ini menunjukkan sejarah Kekristenan di Ethiopia jauh lebih awal dari masa kekaisaran Romawi, yang baru masuk Kristen pada abad keenam atau ketujuh.
Dinasti Solomon secara khusus muncul sekitar 1270 di dataran tinggi Tanduk Afrika. Kemudian pada abad ke-15 memiliki kekuatan yang terkonsolidasi lebih kuat di teritori tersebut.
Nama mereka muncul dari klaim keturunan langsung Raja Salomo dari Israel kuno, melalui hubungan dengan Ratu Sheba. Meskipun menghadapi beberapa ancaman eksternal, mereka secara konsisten mereka mengalahkan itu dan memperluas kerajaan mereka sepanjang periode tersebut. Membangun hubungan yang tidak nyaman (meskipun umumnya damai) dengan Mamluk Mesir dan menginspirasi keajaiban di seluruh Eropa Kristen.
Pada saat inilah, kata Krebs, para penguasa Ethipia melihat kembali ke Aksum dengan nostalgia.
Baca Juga: Sains Terbaru, Kuburan Manusia Terawal di Afrika Ternyata Kuburan Anak
Source | : | Smithsonian |
Penulis | : | Fikri Muhammad |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR