GERLINDE KALTENBRUNNER adalah perempuan pertama dalam sejarah yang mendaki 14 puncak gunung berketinggian di atas 8.000 meter di dunia, tanpa bantuan oksigen.
Suatu prestasi yang diselesaikannya dengan mendaki K2 pada Agustus 2011. Perempuan asal Austria berusia 42 tahun ini pernah menembus salju setinggi dada, suhu di bawah nol, longsoran batu yang telah membuat orang lain berputar balik. Namun, pendaki veteran ini berkata ia merasa “cukup aman.”
Mengapa Anda mendaki?
Saya merasa benar-benar menjadi diri sendiri ketika berada di pegunungan dengan hanya peralatan yang paling esensial. Ada kebebasan dalam konsentrasi total. Tak ada eksistensi lain, hanya ada pendakian itu sendiri.
Apakah ada benda khusus yang selalu Anda bawa ke mana-mana?
Gelang dari Tibet. Batu-batunya mewakili kekuatan, energi, keberhasilan,
dan kesehatan.
Apa saja momen paling menakutkan yang Anda hadapi?
Di atas Dhaulagiri (di Nepal) pada 2007, terjadi longsor salju pada suatu pagi, dan saya ikut tersapu di dalam tenda. Ketika berhenti, saya tidak tahu apakah saya berada di atas atau bawah, keadaannya begitu gelap. Tetapi saya pikir, baiklah, setidaknya saya bisa bernapas.
Saya selalu membawa pisau kecil dalam harnes saya, jadi saya bisa membuat lubang di tenda. Saya takut salju akan membuat saya mati kehabisan udara. Perlahan, perlahan, saya berhasil keluar. Saya mencari tiga pendaki Spanyol yang telah berkemah di dekat saya.
Dua dari mereka tewas. Pada saat itu segala sesuatu tampaknya akan berakhir. Untuk pertama kalinya, saya hanya ingin meninggalkan gunung.
Bagaimana Anda bisa bertahan melewati pengalaman mengerikan itu?
Biasanya saya suka berbincang dengan suami saya, Ralf, yang juga seorang pendaki dan mengerti saya sepenuhnya. Saya menyadari bahwa saya tidak bisa membatalkan sebuah tragedi, dan saya tidak bisa berhenti mendaki—ini adalah hidup saya.
Setahun kemudian saya kembali ke tempat yang sama. Ada matahari terbit paling indah yang pernah saya lihat. Suka dan duka kadang-kadang bisa begitu berdekatan.
--
REKOMENDASI HARI INI
Kenapa Kalender Gregorian Lebih Sering Dipakai di Seluruh Dunia?
KOMENTAR