Wilayah Kassala dihuni oleh orang-orang Beja. Banyak di antara mereka masih menjalani gaya hidup semi-nomaden, kata tim peneliti dalam laporan studi di jurnal tersebut. "Klaster-klaster lokal kemungkinan besar adalah kuburan suku/keluarga orang Beja."
Menurut mereka, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan lokasi yang tepat dari makam-makam "induk" tersebut. Penelitian lebih lanjut juga dapat mengungkap siapa saja yang dimakamkan di makam-makam induk ini dan apa yang membuat mereka begitu istimewa.
Para ilmuwan yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut mengatakan metode dan temuan terbaru dari tim arkeologi itu menarik. "Pendekatan ini sangat cocok untuk penyelidikan kelompok nomaden, yang tersebar di wilayah yang luas," kata Derek Welsby, asisten penjaga (mirip dengan kurator) di British Museum yang telah melakukan penelitian arkeologi ekstensif di Sudan. Penelitian ini harus membuat penggalian masa depan di daerah itu lebih mudah, kata Welsby.
Baca Juga: Prajurit Berpedang Abad Pertengahan Ditemukan di Dasar Danau Lituania
Teknik kosmologis yang digunakan tim ini "tampak seperti tambahan yang cukup menarik dan berpotensi berharga untuk gudang metode statistik arkeologi yang sudah cukup besar untuk mendapatkan wawasan tentang pengembangan lanskap seperti ini," kata David Wheatley, seorang profesor arkeologi di University of Southampton di Inggris.
Metode ini juga memberikan informasi tentang sejarah orang-orang yang tinggal di sana. "Ini memberikan dukungan kuantitatif untuk sejarah mendalam orang-orang Beja," kata Giovanni Ruffini, seorang profesor sejarah di Fairfield University di Connecticut.
Meski demikian, studi terbaru ini juga memiliki batasan. Philip Riris, dosen pemodelan arkeologi dan paleoenvironmental di Bournemouth University di Inggris, menyatakan keprihatinan bahwa tim peneliti tersebut memasukkan makam-makam dari periode waktu yang sangat berbeda dalam model yang sama. Ini "berisiko karena tradisi penguburan yang berbeda semuanya disatukan," kata Riris.
Source | : | Science Alert,PLOS ONE |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR