"Kami menghadapi tantangan untuk menafsirkan pembuatan lanskap pemakaman dengan hampir tidak ada data arkeologi tradisional, tetapi [kami memiliki] kumpulan data yang cukup besar untuk dapat menghipotesiskan adanya proses kompleks baik pada skala regional maupun lokal," ujar Stefano Costanzo.
Dia seorang mahasiswa doktoral di bidang arkeologi di University of Naples L'Orientale di Italia, yang menjadi penulis utama dalam laporan studi di jurnal tersebut.
"Dengan mata telanjang, jelas bahwa makam-makam yang berkerumun itu dikondisikan oleh lingkungan, tetapi makna yang lebih dalam mungkin tersirat dalam penataan ruangnya," kata Costanzo, seperti dikutip dari Science Alert.
Contanzo dan anggota-anggota tim lainnya mencari teknik pemodelan statistik yang dapat membantu mereka mendeteksi pola makam-makam Islam tersebut. Pada akhirnya, mereka memutuskan untuk menggunakan metode yang disebut proses klaster Neyman-Scott, yang awalnya dikembangkan untuk mempelajari pola spasial bintang dan galaksi. Sejauh yang diketahui tim, para arkeolog tidak pernah menggunakan teknik tersebut.
Baca Juga: Kuburan Kuno Berisi Kerangka Bayi Kembar Viking Ditemukan di Swedia
"Fitur terbesar dari model ini terletak pada kenyataan bahwa ia dapat menangani kumpulan data arkeologi yang [tidak memiliki data penggalian dan catatan sejarah] tetapi terdiri dari sejumlah besar elemen, yang merupakan dasar untuk analisis statistik yang berarti," ucap Costanzo.
Teknik pemodelan ini mengungkapkan bahwa makam-makam Islam itu "menyembunyikan beberapa subklaster yang berputar di sekitar makam-makam 'induk' yang tidak dapat diidentifikasi yang bertindak sebagai pusat daya tarik untuk penguburan berikutnya," papar Constanzo. Pusat daya tarik makam-makam "induk" ini tampaknya didorong oleh kesakralan umum lokasi dan lintasan sosial dari kelompok-kelompok bergerak atau nomaden yang masih ada.
Studi ini juga menegaskan bahwa daerah-daerah di mana terdapat bahan bangunan juga cenderung memiliki lebih banyak makam. Selain itu, faktor lingkungan seperti topografi lanskap juga dapat mempengaruhi lokasi makam.
Source | : | Science Alert,PLOS ONE |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR