Masa-masa itu juga menjadi masa penurunan terbesar jumlah penyu bertelur. Dari beberapa kajian tentang Pulau Sangalaki tahun 1950-an diperkirakan 200-an ekor per malam mendarat untuk bertelur. Tahun 1970-an turun menjadi 150-an ekor per malam. Jumlah ini mencapai titik kritis di tahun 2002 yang hanya mencatat sekitar 21-an ekor per malam.
Upaya pelestarian formal muncul sejak status seluruh jenis penyu terdaftar dalam lampiran I CITES (Konvensi Perdagangan Internasional tentang Hewan yang Dilindungi) yang berarti pemanfaatannya langsung dari alam tidak diperkenankan. Hal ini diikuti dengan Peraturan Pemerintah Nomer 7 tahun 1999. Sejak tahun 2001 mulailah ada upaya konservasi yang melibatkan LSM dan BKSDA sebagai perpanjangan Pemerintah Pusat.
Tentunya apabila upaya konservasi itu berjalan baik-baik saja, kejengkelan pejabat pemerintahan daerah di Berau tidak akan muncul. Pelarangan pemanfaatan telur penyu yang berlaku ketat di Kabupaten Berau, menjadi pepesan kosong di Samarinda, ibukota Propinsi Kalimantan Timur. Telur penyu dijual bebas di deretan kios tepian Sungai Mahakam seharga Rp 6.500 hingga Rp 9.000 per butirnya.
Dengan kontroversi seperti itu Pemerintah Daerah Berau tampaknya punya alasan untuk enggan terlibat mendukung pelestarian penyu yang setengah-setengah seperti itu. Apabila Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat tak akur seperti ini, dampaknya menimpa para penggiat di lapangan.
!break!
Di Pulau Sangalaki, salah satu pulau yang menjadi pusat peteluran penyu hijau saat ini hanya dijaga satu orang petugas dari BKSDA, ia dibantu oleh empat hingga lima orang staf gabungan dari Yayasan Penyu Berau serta Join Program WWF-TNC untuk mengawasi pulau kecil ini.
Kondisi Pulau Sangalaki relatif terjaga karena letaknya relatif dekat dari Tanjung Redeb. Walau masih naik turun, tetapi sejak 2003 jumlah penyu yang mendarat dan bertelur di Sangalaki tidak pernah lebih rendah dari tahun itu, dengan pengecualian tahun 2005 saja. Bahkan tercatat tahun 2004 dan tahun 2006 jumlah penyu bertelur mencapai lebih dari 4.000 ekor.
Di samping Pulau Sangalaki paling tidak masih tujuh lagi pulau lagi untuk peteluran penyu di Laut Berau seperti Pulau Derawan, Pulau Mataha, Pulau Belambangan, Pulau Biduk-Biduk, Pulau Panjang, dan Pulau Kakaban. Pulau Bilang-Bilangan, yang terletak jauh di selatan, bahkan memiliki catatan peteluran penyu lebih banyak dari Pulau Sangalaki beberapa tahun terakhir.
Namun kondisi konservasi pulau-pulau itu tidak seberuntung Pulau Sangalaki. Pulau Mataha masih memiliki pos dengan satu orang penjaga, tetapi pulau-pulau lain relatif tidak terjaga. Pemerintah Pusat melalui BKSDA Kaltim tampaknya tidak mampu menangani dari segi anggaran dan personil. LSM demikian juga karena bergantung pada donasi. Kartu sebetulnya berada pada pihak Pemda Berau, karena mereka bisa menyisihkan sebagian anggaran yang berlimpah dari konsesi pertambangan dan perkebunan untuk konservasi. Dengan catatan, BKSDA Kaltim tegas memberantas perdagangan telur penyu yang terang benderang di Samarinda.
!break!
DI PAYUNG-PAYUNG, MASYARAKAT tampaknya tidak peduli dengan perdebatan yang berlangsung di ibu kota kabupaten. Mereka tengah menyiapkan “ekspedisi penyu” di akhir tahun 2009. Juhriansyah dari Yayasan Berau Lestari (Bestari) menginisiasi program ini bersama-sama kelompok masyarakat di sana. Mereka mengembangkan ekowisata berbasiskan masyarakat dengan fokus utama kehidupan penyu di Laut Berau.
“Di perairan Berau ibaratnya kita bisa menyaksikan ’supermarket’ penyu,” jelas Rian, panggilan Juhriansyah, tentang ragam babak hidup penyu yang bisa dinikmati oleh pengunjung.
“Di sini kita bisa menyaksikan penyu bertelur, tukik menetas, penyu kecil, hingga penyu dewasa, semua ada. Habitat lamunnya juga banyak. Kalau beruntung kita bisa juga menyaksikan penyu kawin,” papar Rian.
Penyu dengan kebiasaanya migrasinya memang jarang ditemukan semua daur hidupnya berada dalam satu tempat. Besar kemungkinan bahwa penyu dewasa yang disaksikan mondar-mandir di perairan Berau bukanlah penyu yang menetas di pulau-pulau itu. Demikian pula penyu yang menetas di pulau-pulau perairan Berau tidak selalu menjadi besar di sana.
!break!
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR