"Saya mulai bergaul di Camp 4 saat berusia 15 tahun," kata Hill, yang kini 50 tahun. "Praktis saya satu-satunya perempuan di sana." Sebagai mantan pesenam SMA, dia pendaki yang tak kenal takut, membawa keanggunan yang cair ke olahraga itu. Sebelum berusia 17 tahun, Hill sudah memanjat Half Dome.
"Lynnie orang unik secara genetis," kata pemanjat John Long. "Dia pendaki paling kuat, paling berbakat, dan paling keras kepala yang pernah kutemui. Rasio berat-banding-kekuatannya luar biasa."
Setelah menyempurnakan keahlian di Yosemite, Hill pindah ke tempat-tempat lain, menang di puluhan lomba di Eropa. Lalu pada 1994, pada usia 33 tahun, dia kembali ke Yosemite dengan rencana berani: melakukan panjat bebas di Nose di El Capitan dalam sehari. "Semua peragu mengatakan itu mustahil," kata Hill. "Kecuali John." Nose, jalur 889 meter di El Capitan, mungkin jalur panjat tebing paling terkenal di dunia. Untuk memanjatnya, orang harus memelintir tangan dan kaki, jari tangan dan kaki, secara menyakitkan ke dalam celah yang vertikal. Pada 1975, Long, bersama Jim Bridwell dan Billy Westbay, menyelesaikan pendakian sehari yang pertama di Nose, meskipun timnya mengandalkan panjat berbantu untuk melewati Great Roof, tonjolan menyeramkan yang terletak di dua per tiga ketinggian.
!break!
Hill, yang bertekad melakukan panjat bebas di Great Roof, bergelantung pada celah jari yang kecil-kecil, bergantung terbalik, kaki mencari-cari pijakan di tebing licin itu. Dengan menggunakan "langkah tarian tai chi yang halus", demikian disebutnya, dia berhasil mengatasi tonjolan itu, dengan menarik tubuh ke samping dengan ujung jarinya. Dia mencapai puncak El Cap dalam 23 jam—prestasi yang kini dipandang banyak orang sebagai prestasi panjat pamungkas pada akhir abad ke-20.
Apa pun kemahirannya, setiap pendaki datang ke Yosemite membawa impian: satu jalur yang ingin dilakukannya. Ketika pertama kali datang, saya ingin memanjat Steck-Salathé di Sentinel Rock—jalur yang mengharuskan saya menyelipkan seluruh tubuh ke sebuah celah lebar. Sayangnya, saat melakukannya, tebing itu terlalu besar, sedangkan saya dan mitra saya terlalu hijau. Dengan memalukan, kami menyerah saat baru setengah jalan.
Kini, 30 tahun kemudian, Dean Potter menawarkan untuk mendakinya bersama saya. Potter, 38, yang merupakan salah seorang pemberontak gondrong terakhir yang masih tinggal di lembah itu, adalah orang yang sangat serius, berperawakan seperti Tarzan, dan terkenal dengan pendakian tanpa tali dan lompatan BASE yang berani, meloncat dari tebing dengan parasut. Tetapi Potter memberi saya peraturan. Saya tidak boleh membawa makanan atau air, ransel atau jas hujan, atau bahkan helm. "Itu satu-satunya cara bergerak cepat," katanya.
Kecepatan telah menjadi kredo bagi kalangan pemanjat super yang baru. "Kita memanjat dengan santai saja," Potter berjanji. Untuk mengurangi berat, dia bertelanjang kaki dalam perjalanan sulit menuju tebing, merambah semak belukar. Di kaki tebing, setelah memasang sepatu panjat yang sempit dan menyakitkan, kami memasang tali dan mulai memanjat jalur 457 meter itu seperti monyet, tangan menghunjam ke dalam celah, menyelipkan tubuh di celah lebar, memanjat pegangan tebing seolah-olah memanjat tangga. Kami sampai di puncak tidak sampai empat jam kemudian. Saya merasa seolah-olah kami terbang menaiki jalur itu, sampai Potter bercerita bahwa dia sering melakukan panjat bebas solo di jalur itu dalam sejam.
!break!
Itulah standarnya. Kini sebagian besar jalur sudah dikenal baik, sedangkan perlengkapan dan keterampilan sudah jauh lebih bagus. Jadi, ukuran utama kemahiran pendaki kini adalah kecepatan, bukan eksplorasi. Pada 1950, ketika Allen Steck dan John Salathé pertama memanjat jalur yang kini diberi nama mereka itu, mereka perlu waktu lima hari. Pemanjatan Nose yang pertama merupakan perjalanan 47 hari yang dilakukan bertahap selama setahun setengah, dari 1957 sampai 1958, oleh Warren Harding, seorang radikal yang suka bersenang-senang. Kini kelompok yang lambat perlu tiga sampai lima hari, bermalam di "portaledge," tenda kecil yang menggantung dari tebing; pendaki yang cepat melakukannya dalam sehari. Rekor untuk Nose tidak terbayangkan, dua jam 36 menit 45 detik, yang dicetak November lalu oleh Potter dan Sean "Stanley" Leary.
Memanjat pada 1970-an melibatkan petualangan, selain juga atletik. Di masa kini, memanjat telah berkembang menjadi senam vertikal. Pemanjat elite adalah atlet berdisiplin yang selalu berlatih, mengulang-ulang gerakan hingga sempurna. Mereka berkemauan kuat seperti olahragawan Lance Armstrong atau Michael Phelps, terobsesi tentang berat badan, karena menyelesaikan, atau "sending," suatu jalur sama dengan melawan gravitasi. Lihat saja sekitar 30 pemanjat yang datang ke pesta di pondok Potter. Di masa lalu, acara kumpul seperti itu pasti liar dan berlangsung hingga fajar. Kini tidak lagi. Tak ada yang merokok, hampir tak ada yang minum alkohol. Potter menyajikan masakan nasi dan sayur yang tidak aneh-aneh, empat pemanjat membawa pai apel buatan sendiri, dan semuanya sudah tidur sebelum tengah malam, karena semua punya "proyek" yang akan dihadapi esok hari.
Alex Honnold dan Ueli Steck termasuk orang yang menghadiri pesta. Steck, pendaki Swiss terkemuka, melambangkan generasi baru itu, mengikuti latihan ketat dan pola makan teratur. Saat berlatih, pria 34 tahun ini berlari setinggi 3.500 meter vertikal sehari, mencengangkan. Setelah mencetak rekor kecepatan di ketiga tebing utara terbesar di Pegunungan Alpen—Eiger (2:48), Matterhorn (1:56), dan Grandes Jorasses (2:21)—Steck datang ke Yosemite untuk mengasah kemahirannya memanjat di celah granit. Tahun lalu ia dan Honnold melesat menaiki El Cap dalam tiga jam 50 menit. Impiannya adalah membawa panjat-cepat ke Himalaya. "Belum pernah ada jalur teknis di puncak 8.000 yang dipanjat dengan gaya Alpen," katanya, yang artinya cepat dan ringan. "Itulah misiku."
!break!
Tidak seperti para profesional Eropa seperti Steck, yang menikmati sponsor perusahaan yang murah hati, kebanyakan pendaki Amerika pas-pasan secara keuangan. Banyak yang pendapatannya hanya cukup untuk tidur di mobil van dan makan nasi dan kacang merah. Memang, karena ada pembatasan tujuh hari di Camp 4, di Yosemite banyak yang tinggal sepenuhnya di kendaraan. Kate Rutherford, 30, dan Madeleine Sorkin, 29, yang bersama-sama melakukan panjat-bebas perempuan pertama di Half Dome, keduanya tinggal di van. Honnold tinggal di van. Pendaki Colorado, Tommy Caldwell, 32, salah seorang pendaki bebas granit terbaik di Amerika, tinggal di van saat berada di Yosemite—meskipun sudah menjadi pendaki profesional sejak usia 16 tahun.
Namun, mereka masih saja kembali. Sejak 2007, Caldwell berusaha melakukan panjat bebas di jalur baru di dekat Mescalito di El Cap, yang mungkin merupakan panjat tebing besar secara bebas yang tersulit di dunia. "Aku sudah mendaki seumur hidup," katanya. "Pertama kali memakai tali pada umur tiga tahun." Ayah Caldwell adalah pemandu gunung; Tommy ingat berbaring di padang rumput El Cap sewaktu kecil, mengamati ayahnya mendaki, sama seperti anak lain menonton ayahnya bermain tangkap bola.
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR