Taman Nasional Gorongosa punya berbagai habitat dan masih menyimpan keanekaragaman hayati yang luar biasa. Di seluruh taman ini, ditemukan 398 spesies burung, 122 mamalia, 34 reptil, dan 43 amfibi. Mungkin masih ada laksaan spesies serangga, arakhnida, dan invertebrata lainnya yang belum ditemukan.
Selama satu dasawarsa setelah berakhirnya perang saudara, sementara pemerintahan demokratis Mozambik yang baru menata diri, Gorongosa masih porak-poranda. Pada saat bersamaan, Greg Carr mencari cara untuk membantu; setelah menangguk untung besar dari layanan internet dan pesan suara, dia beralih ke kegiatan amal.
Tahun 2004, pemerintah Mozambik bersepakat untuk mengikutsertakan Carr dalam rencana pemulihan taman ini. Carr melakukan lebih dari itu: Dia melakukan upaya pemulihan Gorongosa sendiri, sebagian besar dengan biaya pribadi. Kementerian Pariwisata Mozambik telah menandatangani perjanjian kemitraan jangka panjang dengannya untuk mengelola dan mengembangkan taman ini.
!break!
Sekarang, belum sampai satu dasawarsa, Gorongosa sudah mulai pulih. Hewan besar, termasuk gajah dan kerbau Afrika, diimpor dari Afrika Selatan yang berdekatan dan berkembang biak dengan cepat. Berikutnya zebra dan eland (Taurotragus).
Meskipun masih jauh di bawah populasi sebelum perang, kawanan pemakan rumput dan dedaunan ini kembali memenuhi sabana dan padang rumput. Keseimbangan ekologi pulih seiring kedatangan megafauna, dan begitu pula dengan wisatawan dari Eropa dan Amerika Utara. Fasilitas yang bagus dibangun di pusat Kamp Chitengo, dan di beberapa kamp safari di dalam taman.
Di Kamp Chitengo, dinding beton bekas tembakan dilestarikan sebagai peringatan perang. Pencapaian tim Greg Carr dan masyarakat Mozambik memang mengesankan. Namun, memulihkan taman yang hancur jauh lebih sulit ketimbang membuat taman baru, dan Gorongosa masih jauh dari terbebas bahaya.
Selama perang saudara, sementara tentara naik gunung dan menjarah isinya, para petani menebang hutan di lereng untuk membuka ladang. Larangan gunung keramat ini sudah dilupakan banyak orang. Selama dasawarsa terakhir, luas kawasan hutan hujan asli telah berkurang lebih dari sepertiganya.
Menyusutnya hutan berarti semakin sedikit spesies tanaman dan hewan yang bisa bertahan hidup. Kehancuran total hutan ini akan menjadi bencana bagi seluruh taman. Kemungkinan besar laju kerusakan saat ini terjadi dalam waktu sepuluh tahun.
Kemampuan gunung untuk menampung, menyimpan, dan secara bertahap mengalirkan air hujan monsun akan hilang. Air hujan akan hanyut tanpa terserap oleh tanah, dan kelembapan yang disalurkan ke seluruh taman hanya akan bertahan semusim, alih-alih sepanjang tahun seperti sebelumnya.
Kini, setelah gunung itu menjadi bagiannya, taman ini berwenang mengamankan sekeliling hutan. Meskipun demikian, hutan itu tidak akan benar-benar aman sampai pihak yang merusaknya memiliki mata pencaharian alternatif. Pariwisata merupakan bagian dari jawaban Carr.
Selain itu, dia juga membentuk beberapa tim untuk mendirikan sejumlah usaha pembibitan pohon hutan hujan dan memulai proses reboisasi. Pengelola taman mendirikan sekolah dan klinik kesehatan bagi warga. Terakhir, rencananya akan dibangun pusat penelitian ilmiah dan pendidikan di Kamp Chitengo. Titik beratnya, lingkungan taman dan pelestarian keanekaragaman hayatinya.
!break!
Untuk mengukur keanekaragaman hayati saat ini di Gunung Gorongosa, Greg Carr dan saya memutuskan untuk mengadakan BioBlitz, yang melibatkan warga. Kami meminta Tonga Torcida membantu mengurus acara ini dan merekrut anak-anak setempat sebagai asisten.
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR