BioBlitz adalah sensus spesies yang ditemukan dan diidentifikasi di area terbatas selama periode waktu tertentu, biasanya 24 jam. Aturannya sederhana: Peserta mencari dalam radius yang ditetapkan dari titik pusat, dibantu naturalis lokal yang ahli mengenai organisme dan dapat mengidentifikasi spesies yang ditemukan.
BioBlitz pertama yang saya selenggarakan dilaksanakan di Concord, Massachusetts, pada 1998, dengan Walden Pond sebagai fokusnya. Acara itu sedemikian sukses sehingga acara serupa diselenggarakan di seluruh Amerika Serikat dan setidaknya 18 kali di negara lainnya.
BioBlitz kali ini dilaksanakan pada ketinggian sekitar 1.100 meter di Gunung Gorongosa, tepat di bawah tepi hutan hujan. Karena sulitnya transportasi dan akomodasi di tempat terpencil ini—saya terpaksa ke sana naik helikopter—kami membatasi waktunya dua jam saja, dan saya bertindak selaku ahli satu-satunya.
Saya berhasil mengidentifikasi famili sebagian besar serangga dan laba-laba (seperti kaki seribu famili Julidae, dan tentu saja, semut, yang semuanya masuk famili Formicidae). Untuk beberapa spesimen, saya hanya bisa menebak.
Acara ini penuh dengan orang berlari-larian dan berteriak. Anak-anak, mulai dari usia empat sampai dua belas tahun, ternyata merupakan pemburu yang sangat berbakat. Mereka asyik mendengarkan komentar saya tentang temuan mereka.
Torcida menerjemahkan pembicaraan kami, dan pada akhir acara dua jam itu saya hitung total ada 60 spesies, yang termasuk dalam 39 famili dalam 13 ordo. Kami menemukan artropoda dan serangga aneh, kebanyakan sangat kecil. Ada banyak Hymenoptera (ordo yang mencakup semut, lebah, dan penyengat), Coleoptera (kumbang), dan Diptera (lalat).
Meskipun kami hanya menemukan sedikit sekali semut, satu spesies diidentifikasi sebagai semut siafu yang jarang terlihat (Dorylus bequaerti). Kami juga menemukan beberapa burung, reptil, amfibi, dan seekor tikus.
!break!
Jika khalayak umum mendengar kata “margasatwa”, biasanya yang terbayang mamalia dan burung, yang kebetulan bernasib nahas di Gunung Gorongosa. Orang ingin melihat margasatwa yang besar, saya pun demikian. Namun, margasatwa juga termasuk semua makhluk kecil yang merajai dunia—serangga dan invertebrata lain yang menjadi fondasi ekosistem di daratan.
Jadi, Gorongosa tidak membuat saya kecewa. Malah sebaliknya, tempat ini mengobati semua kerinduan akan petualangan dan penemuan yang saya rasakan sejak kecil. Ketika itu, saya masih seusia para asisten saya di Gunung Gorongosa ini, lalu bertualang ke dalam hutan Alabama dan Florida membawa jaring, sekop, dan stoples.
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR