Google Street View, dengan kamera-kameranya yang mengambil gambar di seluruh dunia, kini digunakan oleh para fotografer seni yang duduk di depan komputer dan memilah-milah gambar-gambar memikat untuk diakui sebagai karya mereka. Dengan kamera intai yang tersebar di pusat-pusat kota, sudahkah kita tiba di titik ketika kamera tidak memerlukan fotografer dan fotografer tidak membutuhkan kamera?
Peranti-peranti baru ini memudahkan kita bercerita—dan memacu orang lain untuk melakukan hal yang sama. Demokratisasi fotografi bahkan dapat berdampak bagus bagi demokrasi sendiri. Ratusan juta jurnalis warga potensial menciutkan dunia dan membantu memberikan dukungan kepada para pemimpin andal.
Siapa tahu, semua ini dapat mengarahkan kita pada perubahan. Barangkali, yang tengah kita saksikan saat ini adalah perkembangan bahasa visual universal, yang dapat mengubah cara pandang kita terhadap dunia. Tentu saja, seperti dalam bahasa, ada orang-orang yang dapat menciptakan puisi dan ada yang hanya dapat menyusun daftar belanjaan.
—
James Estrin adalah asisten editor Lens, blog fotografi New York Times.
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR