Sedangkan Gernon menambahkan, "besi itu berasal dari lubang hidrotermal di dasar laut. Biasanya, atmosfer mengoksidasi besi apa pun dengan segera, jadi formasi besi berpita ini biasanya tidak terakumulasi."
"Tapi selama [masa] Bola Salju, dengan laut yang terhalangi dari udara, besi dapat terakumulasi cukup untuk membentuknya," jelasnya.
Mereka menyelidiki seberapa rentannya batuan itu terhadap magentik. Cara pengukuran itu demi mengetahui sejauh mana batuan itu bisa menjadi magnet ketika terpapar medan magnet. Hasil yang dapat digali dari arsip datanya dapat menyimpan bukti untuk mewakili hampir seluruh siklus orbital Bumi.
Tentunya, ketika Bumi mengitari matahari, orbitnya dapat berubah bentuk dan kemiringaan, serta goyangan sumbunya mengalami perubahan siklik.
Siklus astronomi ini mengubah jumlah radiasi matahari yang masuk ke dalam dan mencapai bumi. Dengan demikian, cara itu dapat mengontrol perubahan iklim.
"Meskipun sistem iklim Bumi berperilaku sangat berbeda selama masa bola salju, variasi orbit Bumi akan sangat tidak disadari dan terus melakukan hal tersebut," terang Mitchell.
Baca Juga: Badak Berbulu Purba Ditemukan Membeku di Siberia, 80 Persen Utuh
Mitchell dan tim menyimpulkan, perubahan pada orbit Bumi bisa membuat es menyusut dan menipis. Sehingga memungkinkan daerah yang bebas es secara perlahan berkembang di Bumi yang masih bersalju.
"Studi kami menunjukkan keberadaan 'oasis' bebas es di lautan bola salju yang menyediakan perlindungan bagi kehidupan hewan untuk bertahan hidup, bisa dibilang peristiwa iklim paling ekstrem dalam sejarah Bumi," Gernon menyimpulkan.
Dalam laporan, mereka menyimpulkan pentingnya temuan ini adalah dapat memaparkan adanya lapisan air yang mengalir, ketika umumnya air dikurung dalam lapisan es.
Karena berdasarkan temuan terdahulu, rentang 50 juta tahun yang lalu adalah masa di mana kehidupan multiseluler yang kompleks berasal. Namun memerlukan tinjauan lebih dalam lagi bagaimana hasil penelitian terkait lapisan air di masa bola salju raksasa ini menjelaskan mengapa bisa munculnya kehidupan itu.
Baca Juga: Peneliti: 3,2 Miliar Tahun yang Lalu Bumi Kemungkinan Hanya Berisi Air
Penulis | : | Afkar Aristoteles Mukhaer |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR