Teknologi mereka memang masih Zaman Batu, tetapi visi masyarakat ini satu milenium lebih maju. Lima ribu tahun silam, penduduk kuno Orkney—gugusan pulau subur tepat di ujung bagian utara Skotlandia modern—mendirikan bangunan monumental rumit yang tak mirip dengan apa pun.
Mereka menambang ribuan ton batu pasir halus, memotongnya, kemudian mengangkutnya sejauh beberapa kilometer ke bukit berumput dengan pemandangan gamblang pedesaan di sekitarnya. Dinding-dinding tinggi dan mengesankan yang mereka bangun mendatangkan rasa kagum dari para centurion atau komandan pasukan Romawi, yang sekitar 30 abad setelahnya, membangun Tembok Hadrian di bagian lain Britania.
Terkungkung dalam dinding-dinding itu terdapat lebih dari dua lusin bangunan, yang salah satu di antaranya merupakan struktur beratap terbesar yang pernah dibangun pada masa prasejarah Eropa bagian utara. Struktur ini panjangnya lebih dari 25 meter dan lebar 19 meter, dengan dinding-dinding setebal empat meter. Kompleks itu memiliki jalan setapak berlapis batu, hiasan batu berukir, muka bangunan yang berwarna-warni, serta atap yang terbuat dari batu.
Mari kita percepat waktu lima milenium kemudian ke tanjung indah yang dikenal sebagai Ness of Brodgar itu. Di sinilah satu tim arkeolog, profesor universitas, mahasiswa, dan sukarelawan menyingkap koleksi bangunan megah yang telah lama tersembunyi di bawah sebuah lahan pertanian. Arkeolog Nick Card, kepala penggalian University of the Highlands and Islands, mengungkapkan bahwa penemuan terbaru dari reruntuhan menakjubkan ini mengubah prasejarah Inggris sepenuhnya.
“Kompleks ini hampir sebesar situs klasik besar di Mediterania seperti Acropolis di Yunani, hanya saja usianya 2.500 tahun lebih tua. Seperti Acropolis, kompleks ini dibangun untuk mendominasi lanskap—untuk membuat terkesan, menimbulkan kekaguman, mendatangkan inspirasi, mungkin bahkan untuk mengintimidasi siapa pun yang melihatnya.”
Meskipun biasanya disebut sebagai candi, struktur tersebut kemungkinan telah memenuhi berbagai fungsi lain selama seribu tahun penggunaannya. Jelas bahwa kompleks tersebut dijadikan tempat berkumpul untuk ritual musiman, perayaan, serta perdagangan.
Temuan ini menjadi lebih menarik karena reruntuhan itu didapati di jantung salah satu koleksi monumen kuno terpadat di Britania.
!break!
Berdirilah di “Ness” hari ini, dan kita akan melihat dengan mudah sejumlah struktur Zaman Batu ikonis, membentuk pusat dari situs Warisan Dunia yang disebut Heart of Neolithic Orkney—Jantung Orkney Neolitikum. Di bukit berselimut semak satu kilometer jauhnya, berdirilah lingkaran batu raksasa yang dikenal sebagai Ring of Brodgar. Lingkaran batu seremonial kedua, Stones of Stenness yang tersohor, bisa dilihat di seberang jalan mobil yang mengarah ke Ness. Dan 1,5 kilometer jauhnya, terdapat gundukan angker yang disebut Maes Howe, makam berkamar luas yang berusia lebih dari 4.500 tahun. Jalan masuknya dalam posisi sejajar, untuk mendapatkan sinar saat matahari pada malam titik balik matahari musim dingin, menerangi ruang dalamnya.
Maes Howe juga sejajar dengan poros tengah dan pintu masuk menuju candi yang baru ditemukan di Ness. Mereka menduga bahwa reruntuhan yang baru-baru ini ditemukan tersebut bisa jadi merupakan kepingan kunci untuk puzzle lebih besar, yang keberadaannya tak pernah disangka oleh siapa pun.
Sampai sekurangnya 30 tahun lalu, Ring of Brodgar, Stones of Stenness, dan makam Maes Howe dipandang sebagai monumen terisolasi dengan sejarah yang terpisah. “Apa yang disampaikan Ness kepada kita adalah bahwa ini merupakan lanskap yang lebih terintegrasi daripada yang pernah disangka siapa pun,” ungkap Card. “Semua monumen ini terkait erat dalam suatu rancangan besar. Dan orang-orang yang membangun semua ini merupakan masyarakat yang jauh lebih kompleks dan cakap daripada yang biasanya digambarkan.”
!break!
Orkney telah lama menjadi tempat yang hebat untuk melakukan penggalian bagi para arkeolog. Semua itu berkat sejarah manusianya yang mendalam, serta fakta bahwa hampir segala hal di sini dibangun dari batu. Ada ribuan situs yang tersebar di seluruh penjuru kepulauan, dan secara mayoritas belum tersentuh. Jika digabungkan, kesemua itu mencakup mulai dari kamp-kamp Mesolitikum dan permukiman Zaman Besi, sampai ke sisa-sisa balairung pesta zaman Norse Tua dan istana-istana abad pertengahan yang runtuh.
“Saya pernah dengar bahwa tempat ini disebut sebagai Mesir-nya Utara,” ungkap arkeolog setempat, Julie Gibson. “Balikkan sebongkah batu di sekitar sini dan kemungkinan besar Anda akan menemukan situs baru.”
Pada 1850, angin kencang meniup gumuk pasir di sepanjang Bay of Skaill, di sisi barat pulau Mainland, mengekspos desa Zaman Batu yang secara luar biasa terjaga baik. Menurut para arkeolog, desa yang diberi nama Skara Brae itu dibangun sekitar 3100 SM, dan diyakini telah ditempati selama lebih dari 600 tahun.
Pada masanya, Skara Brae pasti merupakan permukiman yang nyaman untuk ditinggali. Hunian batu berbentuk belah ketupat yang dihubungkan oleh jalur-jalur tertutup ini dibangun berdekatan satu sama lain untuk menghadapi musim dingin yang muram. Ada tungku di dalamnya, serta ruang tengah yang dilengkapi ranjang dan lemari batu. Kualitas layak huni dari rumah-rumah tersebut dan sekilas pandangan yang mereka tawarkan ke dalam kehidupan sehari-hari pada zaman Neolitikum, membuat Skara Brae di Orkney menjadi temuan paling spektakuler. Hingga kini.
Pada 2002, survei geofisika mengungkap adanya anomali besar buatan manusia di bawah tanah. Parit-parit pengujian digali dan ekskavasi ekplorasi pun dimulai. Tetapi, baru pada 2008 para arkeolog mulai memahami skalanya.
Hari ini, baru 10 persen dari Ness yang telah digali, dengan lebih banyak struktur batu lagi yang diketahui bersembunyi di bawah rumput. Tetapi, sampel kecil ini menghasilkan ribuan artefak yang sungguh tak ternilai: Kepala gada seremonial, kapak batu yang dipoles, pisau batu, sebuah patung manusia, pot kecil, spatula batu yang diukir dengan indah, tembikar berwarna yang jauh lebih halus dan rumit daripada yang telah diperkirakan siapa pun untuk ukuran zaman itu, dan lebih dari 650 karya seni Neolitik, yang sejauh ini merupakan koleksi terbesar yang pernah ditemukan di Britania.
Sebelum mengunjungi Ness, saya cenderung memandang situs-situs Zaman Batu dengan rasa penasaran yang hampa. Kehidupan orang purba tampak sangat jauh dan asing. Tetapi, seni menawarkan sekilas pandang ke dalam benak dan imajinasi orang yang menciptakannya. Di Ness, saya mendapati diri memandang ke dunia yang bisa saya pahami, “Tak ada tempat lain di seluruh Britania atau Irlandia yang memiliki rumah batu yang begitu terjaga dari masa Neolitikum ini,” ungkap Antonia Thomas, seorang arkeolog. “Untuk bisa menghubungkan struktur-struktur ini dengan seni, untuk melihat ke dalam cara yang sungguh langsung dan personal tentang bagaimana orang-orang memperindah lingkungan mereka, rasanya sungguh luar biasa.”
Salah satu penemuan yang lebih mengejutkan adalah jejak nyata dari pigmen-pigmen warna pada sejumlah hiasan batu. “Saya selalu menduga bahwa warna memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia,” ungkap Card. “Saya punya firasat bahwa mereka mengecat dinding-dinding mereka, tetapi sekarang saya bisa mengetahuinya secara pasti.”
Bahkan, salah satu struktur tampaknya berfungsi sebagai semacam toko cat, lengkap dengan tumpukan pigmen yang masih berada di lantai: Hematit bubuk (merah), oker (kuning), dan galena (putih), bersama mortar dan alu.
Temuan lain di reruntuhan itu merupakan barang dagangan berharga seperti kaca vulkanik dari tempat yang jauh, seperti Isle of Arran di Skotlandia bagian barat. Artefak ini menunjukkan bahwa Orkney terletak pada jalur perdagangan yang mapan, dan bahwa Ness mungkin merupakan situs ziarah.
Hal yang lebih menggugah rasa ingin tahu adalah, pecahan tembikar berwarna khas yang ditemukan di Ness dan di tempat lain menunjukkan, bahwa gaya khas gerabah beralur yang merupakan gaya hampir universal di seluruh Britania Neolitikum itu berasal dari Orkney. Sangat mungkin bahwa orang Orcadia yang kaya dan maju menetapkan tren busana kala itu.
“Ini sungguh bertentangan dengan kepercayaan lama bahwa apa pun yang berbudaya pasti berasal dari selatan yang halus, untuk memperbaiki utara yang barbarian,” ungkap Roy Towers disertai derai tawa; ia adalah spesialis tembikar di situs tersebut. “Tampaknya justru kebalikannya yang terjadi di sini.”
Pedagang dan peziarah juga kembali ke rumah dengan kenangan tentang kompleks candi megah yang mereka lihat, dan gagasan untuk membangun tempat-tempat istimewa di lanskap mereka sendiri seperti orang-orang Orcadia. Gagasan yang berabad-abad kemudian akan mewujud dalam Stonehenge.
!break!
Mengapa orkney? bukan tempat lain? Bagaimana gugusan pulau yang terpencar di ujung bagian utara Skotlandia ini bisa menjadi poros teknologi, budaya, dan spiritual seperti itu? “Anda harus berhenti memandang Orkney sebagai wilayah terpencil,” ungkap Caroline Wickham-Jones, arkeolog. “Dari zaman Neolitikum hingga Perang Dunia Kedua, Orkney adalah poros maritim penting, letaknya strategis.”
Tempat itu juga dianugerahi sejumlah lahan pertanian tersubur di Britania dan secara mengejutkan, iklim yang bersahabat, berkat efek Arus Teluk. Sampel serbuk sari mengungkapkan bahwa sekitar 3500 SM—pada masa permukiman terawal di Orkney—banyak lahan hutan hazel dan birch yang semula meliputi wilayah tersebut, kini lenyap.
“Ada asumsi bahwa lahan hutan itu dibersihkan oleh petani Neolitikum,” ungkap Michelle Farrell, ahli paleoekologi yang meneliti penggunaan lahan dan perubahan lingkungan masa lalu. “Meskipun petani pertama bertanggung jawab atas hilangnya lahan hutan dalam kadar tertentu, di beberapa tempat sebagian besar hutan sudah lenyap pada 5500 SM. Tampaknya itu merupakan peristiwa berkepanjangan dan sebagian besar disebabkan oleh proses alami.”
Menurut Farrell: “Sifat terbuka dari lanskap tersebut akan membuat hidup lebih mudah bagi petani awal itu. Bisa jadi itu salah satu alasan mengapa mereka bisa membaktikan begitu banyak waktu untuk membangun monumen.”
Terlebih lagi jelas juga bahwa pada saat itu banyak tenaga manusia yang tersedia. Perkiraan populasi Orkney pada masa Neolitikum bisa mencapai 10.000 jiwa—sekitar separuh dari jumlah penduduk yang tinggal di sana pada hari ini—yang tentunya menjelaskan soal padatnya situs arkeologis di kepulauan tersebut. Tidak seperti di bagian lain Britania, tempat rumah-rumah dibangun dengan kayu-kayu, jerami, serta material lain yang membusuk, orang-orang Orcadia memiliki sumber batu-pasir halus yang berlimpah dan lebih mudah digarap untuk digunakan dalam membangun rumah dan candi yang dapat bertahan sampai berabad-abad lamanya.
Pemukim dan pionir Neolitikum yang menghuni Orkney merupakan petani kawakan. “Para petani Orkney merupakan salah satu kelompok pertama di Eropa yang secara sengaja memupuki ladang mereka untuk meningkatkan hasil panen,” ungkap Jane Downes, direktur Archaeology Institute di University of the Highlands and Islands. “Ribuan tahun kemudian, petani-petani abad pertengahan masih menuai manfaat dari apa yang dikerjakan petani-petani Neolitikum pada tanah mereka.”
Mereka juga mengimpor lembu, domba, kambing, dan kemungkinan besar rusa merah, mengangkutnya dari dataran Skotlandia dalam perahu kulit, menantang berkilo-kilometer perairan terbuka dan arus yang berbahaya. Ternak yang mereka besarkan tumbuh gemuk karena rerumputan yang subur di pulau. Bahkan, hingga kini, daging lembu Orkney dianggap berkualitas premium di pasaran.
Singkatnya, saat proyek pembangunan Ness of Brodgar yang ambisius dimulai, petani Orkney adalah kelompok yang kaya dan mapan, dengan keberlimpahan yang harus disyukuri dan ikatan spiritual yang kuat pada daratan tersebut.
!break!
Selama seribu tahun, kompleks candi di Ness of Brodgar merupakan struktur bangunan paling mengesankan di wilayah tersebut—simbol kekayaan, kekuasaan, dan energi budaya.
Tetapi, pada suatu waktu sekitar tahun 2300 SM, untuk alasan-alasan yang masih belum diketahui, semua itu berakhir. Bukti menunjukkan bahwa Eropa bagian utara menjadi lebih dingin dan basah menjelang akhir zaman Neolitikum, dan kondisi ini mungkin mendatangkan efek negatif pada pertanian.
Atau barangkali penyebabnya adalah pengaruh merusak dari material perkakas baru: perunggu. Campuran logam itu tak hanya memperkenalkan alat dan senjata lebih baik. Itu juga membawa gagasan segar, nilai baru, dan mungkin mengguncang tatanan sosial.
“Sejauh ini kami belum menemukan artefak perunggu apa pun di Ness,” ungkap Card. “Tetapi, masyarakat yang kuat dan memiliki koneksi luas seperti mereka pasti sudah mengetahui bahwa perubahan besar sedang terjadi. Mungkin mereka termasuk golongan yang menolak datangnya teknologi baru.”
Apa pun alasannya, candi kuno itu ditinggalkan dan sebagian dihancurkan, secara sengaja dan secara simbolis. Sebelum pindah, mereka meninggalkan satu kejutan besar terakhir untuk ditemukan para arkeolog: Sisa-sisa pesta perpisahan yang sangat besar. Lebih dari 400 ternak dipotong, ada cukup banyak daging untuk memberi makan ribuan orang.
“Tulang belulang itu tampaknya berasal dari satu peristiwa tunggal,” ungkap Ingrid Mainland, seorang ahli arkeozoologi yang memiliki spesialisasi dalam hewan ternak kuno. Anehnya, orang-orang yang menyantap jamuan terakhir itu hanya menyisakan tulang kering dari binatang yang mereka jagal. “Apa arti penting tulang tibia itu bagi mereka, masih menjadi misteri,” ungkap Mainland.
Setelah merekahkan tulang belulang untuk mengeluarkan sumsum di dalamnya, orang-orang ini menyusunnya dalam tumpukan rumit di sekitar dasar candi. Selanjutnya, mereka menaruh bangkai rusa yang masih utuh di atas tumpukan, kemungkinan besar sebagai persembahan. Di tengah-tengah ruangan, mereka meletakkan satu tengkorak ternak dan satu batu besar yang diukir semacam motif cangkir. Kemudian dimulailah tindakan penyelesaian terakhir.
“Secara sengaja mereka menghancurkan bangunan dan menguburkannya di bawah ribuan ton puing dan sampah,” ungkap Card. “Tampaknya mereka berupaya menghapus situs itu dan arti pentingnya dari ingatan, barangkali untuk menandai pendahuluan sistem kepercayaan baru.”
Selama berabad-abad setelah Ness ditinggalkan, waktu dan unsur cuaca mulai menggerogoti. Batu apa pun yang tetap terlihat dari dinding yang telah lama terlupakan itu, dibawa oleh para pemukim untuk digunakan dalam pondok dan pertanian mereka sendiri. Sekarang, giliran mereka untuk memainkan sejarah mereka sendiri, di panggung Orkney yang berangin ini.
—
Roff Smith secara rutin mengeksplorasi pedalaman Inggris dengan sepeda. Jim Richardson memotret lebih dari 25 artikel untuk National Geographic.
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR