Nationalgeographic.co.id—Pareidolia (dibaca par-i-doh-lee-a) adalah kecenderungan melihat wajah di tempat-tempat yang tidak biasa. Fenomena psikologis ini sering sekali dialami oleh banyak orang. Mungkin, Anda tak terkecuali.
Pareidolia secara umum bisa diterjemahkan sebagai sebuah fenomena ketika melihat pola dari objek-objek nan acak. Pareidolia menjadi penyebab seseorang melihat atau juga mendengar dari gambaran kabur atau suara kurang jelas, seakan-akan menyerupai sesuatu yang signifikan.
Ada sejumlah dugaan bagaimana fenomena pareidolia bisa terjadi. Sebagian ahli mengatakan, pareidolia menghasilkan delusi yang melibatkan indra, dalam kebanyakan kasus adalah indra penglihatan. Dan selalu ditentukan oleh dorongan psikologis.
Di samping itu, hal yang menarik adalah kerap dalam banyak fenomena, pareidolia berkaitan dengan religiusitas. Studi di Finlandia mengemukakan pula, orang-orang yang religius atau yang secara kuat meyakini kekuatan supernatural, lebih cenderung untuk melihat wajah di benda tak bernyawa dan lanskap.
Serangkaian kejadian pareidolia berbau religius ditemukan, yang terbilang contoh utamanya adalah Kain Kafan dari Torino (Shroud of Turin). Sepotong kain yang memiliki gambaran seorang pria yang tampak menderita dan telah disiksa secara fisik yang konsisten dengan siksaan penyaliban. Kain ini disimpan di kapel kerajaan di Katedral Santo Yohanes Pembaptis di kota Torino, Italia.
Baca Juga: Efek Pareidolia, Bagaimana Otak Kita Merespon Benda yang Mirip Wajah?
Walau hingga saat ini menjadi topik perdebatan sengit di antara para ilmuwan, rohaniwan, sejarawan, dan penulis mengenai kapan dan bagaimana gambaran di atasnya, kain ini dipercaya oleh banyak orang sebagai kain kafan Yesus Kristus saat ia dimakamkan.
Sejumlah pengunjung menyatakan melihat siluet Perawan Maria pada tunggul pohon di luar gereja St. Maria di Rathkaele, Irlandia.
Pada 1977, penampakan wajah Yesus di atas tepung saus tortilla di sebuah kota kecil bernama Lake Arthur di New Mexico, menjadi awal mukjizat penglihatan yang terkenal. Berikutnya, berbagai kasus penglihatan-penglihatan seperti ini masih bermunculan.
Baca Juga: Ahli Biologi Ungkap Alasan Ikan Hiu Mirip Wajah Manusia di Rote Ndao
Dan 2007, di Singapura, kalus pada sebatang pohon yang dianggap mirip wajah kera dipercayai merupakan penjelmaan "Dewa Kera", sehingga kemudian banyak orang memberi penghormatan.
Leonardo da Vinci sempat menulis mengenai pareidolia, yang disebutnya sebagai suatu peranti artistik. "Saat Anda menatap dinding yang ternoda atau terbuat dari gabungan banyak macam batu, Anda akan menciptakan sebuah situasi di mana Anda merasa dapat melihat kemiripan," tulisnya dalam buku catatan.
Sementara, seniman memanfaatkan fenomena ini. Mereka dapat memasang gambar-gambar tersembunyi dalam karyanya. Pada lukisan-lukisan bunga pelukis Amerika Georgia O'Keeffe (1887-1986) misalnya, para pengamat seringkali bisa menangkap gambar lain.
Baca Juga: Eva, Robot Kecerdasan Buatan yang Dapat Meniru Ekspresi Wajah Manusia
Penulis | : | National Geographic Indonesia |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR