Penelitian yang dilakukan oleh University of Western Ontario, Kanada, mendapati kalau sel otak yang berfungsi untuk membantu pendengaran dipakai untuk membantu penglihatan pada penyandang tuna rungu.
Menurut pemimpin studi Stephen Lomber, otak sangat efisien."Otak tidak akan membiarkan ada bagian besar, dalam hal ini korteks auditori, yang disia-siakan," kata Lomber. Korteks auditori merupakan bagian otak yang mengatur pendengaran.
Pada studi yang hasilnya akan diterbitkan pada jurnal Nature Neuroscience pada 11 Oktober ini, Lomber dan timnya melakukan penelitian terhadap kucing. Mereka mengambil kesimpulan kalau kucing yang lahir tuli memiliki penglihatan dan kemampuan mendeteksi gerakan lebih baik daripada kucing yang lahir normal. Hasil tes ini sejalan dengan hasil tes pada manusia.
Para peneliti juga melakukan metode deaktivasi terbalik yang bisa membuat bagian otak yang tidak berfungsi seolah-olah berfungsi untuk sementara. Ketika bagian otak yang berfungsi untuk mengatur pendengaran diaktifkan, kucing tuli tidak mendapatkan penglihatan yang lebih baik. Juga, ketika para peneliti mengaktifkan bagian otak yang bisa mengenali arah suara, kemampuan kucing tuli mendeteksi gerakan jadi sama dengan kucing normal.
Penelitian ini dipercaya dapat membantu pengobatan bagi tuna rungu. Studi lebih lanjut akan dilakukan untuk melihat efeknya pada manusia. "Kita bisa mengembangkan alat bantu dengar yang lebih baik," kata Lomber.
Lomber dan timnya, lewat penelitian yang sama, juga membuktikan kalau orang yang memperoleh alat bantu dengar setelah dewasa tidak akan memiliki pendengaran sebaik orang yang telah menerima sejak anak-anak. "Kalau ditunda, otak terlanjur melakukan reorganisasi fungsi dengan memaksimalkan fungsi visual. Reorganisasi itu terjadi pada masa anak-anak," jelas Lomber.
Foto oleh Dave Kennard/stock.xchng
Penulis | : | |
Editor | : | Administrator |
KOMENTAR