Perbedaan pendekatan mengamati bumi dan benda-benda langit juga membuat perbedaan menentukan tanggal.
Manusia selalu penasaran dengan benda-benda langit dan berusaha memanfaatkan keberadaannya untuk menentukan posisi atau waktu. Pelaut ulung zaman dulu mengamati bintang untuk menentukan arah pelayaran. Arah selatan ditandai dengan rangkaian bintang berbentuk salib, sedangkan arah utara diketahui dengan keberadaan rangkaian bintang berbentuk biduk.
Dengan berekembangnya ilmu pengetahuan, manusia berhasil menghitung berapa lama dan bagaimana benda-benda langit bergerak, seperti matahari dan bulan. Pergerakan matahari dan bulan digunakan membuat penanggalan atau kalender dengan tujuan mempermudah setiap orang menentukan waktu dan hari.
Dua sistem kalender terbesar dikenal, yakni penanggalan berdasarkan matahari dan bulan. Kalender internasional yang kita kenal sekarang menggunakan perhitungan pergerakan matahari dan dikenal dengan kalender Masehi. Ada juga kalender berdasarkan pergerakan bulan yang sering dikenal sebagai Kalender Hijriah. Masehi dan Hijriah mengalami berbagai perkembangan sehingga seperti sekarang.
Setidaknya, ada dua penanggalan Masehi yang dikenal yaitu Kalender Julian dan Kalender Gregorian. Yang terakhir disebut lebih banyak dipakai saat ini.
Kalender Julian diberlakukan sejak masa Julius Caesar. Nama Julian diambil dari Julius. Menurut penanggalan ini, satu tahun adalah 365,25 hari atau 365 hari dan 6 jam. Tapi karena perputaran bumi terhadap matahari hanya berlangsung selama 365 hari 5 jam 48 menit dan 46 detik, perlu ada penambahan hari setiap beberapa tahun untuk mengakumulasi perbedaan 11 menit 14 detik itu. Sehingga ditentukan untuk setiap tahun yang habis dibagi empat, jumlah harinya 366 dan dikenal sebagai tahun kabisat.
Sistem tersebut digunakan secara resmi di seluruh Eropa, hingga diterapkannya kalender Gregorian oleh Paus Gregorius XVIII pada 1582. Perhitungan kalender Gregorian memperbaiki penanggalan Julian yang salah terap sepeninggal Caesar. Pasalnya, penambahan 1 hari tiap tahun keempat mennambah kebanyakan 1 hari setiap 128 tahun.
Dalam sistem Gregorian, jumlah hari dalam setahun sama. Tapi, ada perbedaan dalam penentuan tahun kabisat. Menurut kalender Gregorian, tahun kabisat adalah tahun yang dapat dibagi empat dan tahun yang berakhir dengan bilangan ratusan yang habis dibagi 400. Jadi, 1994 adalah bukan kabisat dan 1996 adalah kabisat. Tahun 1700, 1800, dan 1900 adalah bukan tahun kabisat karena tidak habis dibagi 400. Sedangkan tahun 1600 dan 2000 adalah tahun kabisat.
Dengan perubahan ini, Gregorian melakukan pengurangan hari. Kamis 4 Oktober 1582 langsung diikuti Jumat 15 Oktober 1582. Gregorian sempat menuai kontroversi. Inggris baru menerapkan perhitungan ini pada 1752, Rusia pada 1918, dan Yunani baru pada 1923. Sementara itu, Gereja-gereja Ortodoks sampai sekarang masih menggunakan Julian. Inilah sebabnya, ada perbedaan perayaan Natal dan Tahun Baru Masehi di beberapa tempat.
Penanggalan bulan
Penanggalan bulan lebih rumit lagi dan terus mengalami perkembangan hingga saat ini. Nama Hijriah diambil dari hijrah (perpindahan) yang dilakukan Nabi Muhammad dari Mekah ke Madinah. Seperti tahun Masehi, tahun Hijriah terdiri dari 12 bulan, tapi tahun Hijriah terdiri dari 29-30 hari. Menurut tahun Hijriah, satu tahun adalah 354,36 hari.
Sehingga, Kalender Hijriah lebih pendek sekitar 11 hari dibanding Kalender Masehi. Seringkali dalam satu tahun Masehi ada dua tahun Hijriah. Tapi setiap 33 atau 34 tahun Hijriah, satu tahun penuh Hijriah terjadi dalam satu tahun Masehi, seperti pada tahun 1429 H yang setahun penuh dengan 2008 M.
Karena berpatokan kepada bulan, awal hari dalam kalender Hijriah adalah saat munculnya bulan alias setelah terbenamnya matahari. Sehingga, awal bulan (bulan sabit) sangat penting dalam menentukan dimulainya bulan baru penanggalan Hijriah.
Tidak ada kepastian bulan apa saja yang 29 atau 30 hari. Semuanya tergantung pada penampakan dan posisi bulan baru (bulan sabit). Tapi, bulan tidak seperti matahari yang mudah tampak. Sangat sulit melihat bulan sabit. Akibatnya, seringkali ada perbedaan dalam menentukan awal bulan baru Hijriah. Ada yang menggunakan metode melihat langsung (rukyat) dan ada yang menggunakan penghitungan matematis untuk menentukan posisi bulan (hisab).
Penentuan awal bulan baru juga sangat penting, terutama untuk hari dan bulan yang berkaitan dengan ibadah umat Islam. Contohnya bulan Ramadhan, bulan Syawal (1 Syawal Hari Raya Idul Fitri), dan bulan Dzulhijah (bulan melaksanakan ibadah haji dan 10 Dzulhijah yang merupakan Hari Raya Idul Adha).
Di Indonesia saja seringkali terjadi perbedaan penentuan hari raya tersebut. Seperti kali ini, ada perbedaan dalam perayaan Idul Adha. Menurut kalender Hijriah, tentunya tidak ada perbedaan karena Idul Adha jatuh pada 10 Dzulhijah. Yang menjadi berbeda adalah apakah 10 Dzulhijah itu bertepatan dengan tanggal 16 November atau 17 November tahun Masehi.
Penulis | : | |
Editor | : | Reza Wahyudi |
KOMENTAR