Pasien tetap merasa lebih baik walau minum pil palsu
Rabu, 5 Januari 2011 | 16:19 WIB
Pasien tetap merasa lebih baik meskipun mereka tahu kalau pil yang mereka minum sebetulnya bukan obat. Itulah efek "placebo", yang mungkin juga dirasakan oleh para pemakai gelang penyeimbang.
Dalam dunia kedokteran, tenaga medis kadang-kadang memberikan "obat palsu" kepada pasien. Obat itu sesungguhnya tidak memiliki kandungan yang bisa menyembuhkan penyakit pasien. Obat itu hanya akan memberikan efek placebo yang juga bisa membuat pasien merasa lebih baik. Hanya saja, pemberian obat seperti ini tentu berkaitan dengan masalah etika.
Sebuah studi baru memberikan hasil kalau efek placebo membawa keuntungan, bahkan meskipun pasien sudah mengetahui kalau pil yang mereka minum sebetulnya bukan obat. "Ada kepercayaan kalau efek placebo hanya efektif ketika pasien tidak tahu kalau obatnya palsu," ujar Ted Kaptchuk dari Beth Israel Deaconess Medical Center. Ia ingin menguji apakah hal itu benar sehingga dokter harus berbohong.
Kaptchuk mengundang 80 relawan yang menderita sindrom iritasi usus untuk studi ini. Relawan dibagi menjadi 2 grup. Grup pertama tidak menerima obat sama sekali, sementara grup kedua diberi pil yang bukan obat. Pil itu terbuat dari bahan-bahan yang tidak aktif, seperti pil gula.
Pasien juga diberi tahu kalau efek placebo sangat kuat dan minum pil sangat penting. Kaptchuk mengatakan kalau ia meyakinkan kalau placebo memiliki efek besar, "Kami juga berusaha menangkal rasa tak percaya pasien akan efek itu," kata Kaptchuk.
Setelah 3 minggu, 59 persen orang yang minum pil mengaku lebih baik. Sementara itu, 35 persen orang yang minum pil juga mengaku demikian.
Apa yang membuat efek placebo tetap efektif padahal pasien sudah mengetahui kalau pil itu bukan obat? Kaptchuk mengatakan efek itu timbul karena hubungan antara dokter dan pasien. "Akan tetapi, grup yang meminum obat memperoleh efek yang lebih kuat," kata Kaptchuk. Menurut Kaptchuk, pasien merasa diperhatikan oleh dokter sehingga merasa lebih baik. Selain itu, efek pada mereka juga diperkuat dengan minum pil dua kali sehari.
Kaptchuk mengakui kalau studi ini belum pasti sehingga tidak dapat mengubah praktik dokter. "Harus ada studi yang lebih besar," kata Kaptchuk. Ia juga menambahkan kalau teknik ini tidak dapat dipakai pada orang dengan tumor atau untuk memperbaiki ingatan orang yang sudah terganggu akibat Alzheimer. "Tapi untuk penyakit yang gejalanya berdasarkan perasaan subjektif pasien," katanya.
Fabrizio Benedetti berpendapat kalau sebetulnya sudah banyak studi tentang efek placebo, tapi baru studi oleh Kaptchuk ini yang memberikan bukti ilmiah. "Tapi harus diiingat, efek placebo ini berbeda-beda pada berbagai kondisi," kata Benedetti yang bekerja di University of Turin Medical School, Italia.
Sumber: Discovery News
PROMOTED CONTENT
REKOMENDASI HARI INI
Masa Depan Pengolahan Sampah Elektronik Ada di Tangan Negara-negara Terbelakang?
KOMENTAR