Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pada Selasa (18/1), meminta agar artefak budaya Batak yang saat ini banyak tersebar di museum luar negeri dan kolektor asing dikembalikan. Dari sekitar 1.600 naskah Batak, hampir 90 persen menjadi koleksi museum di negara-negara Eropa.
Presiden mengutarakan agar permintaan pengembalian tersebut harus dilakukan secara baik-baik, termasuk menjalin kerja sama dengan sejumlah museum di luar negeri yang saat ini menjadi kolektor artefak budaya Batak.
Menurut Letnan Jenderal (Purn) Tiopan Bernard Silalahi, penggagas Museum Batak, kolektor-kolektor di Belanda, Jerman, dan Inggris yang berjanji mengembalikan artefak budaya tersebut ke Indonesia.
Museum Batak digagas oleh Silalahi dan diresmikan oleh Presiden SBY pada Selasa kemarin. "Museum Batak sengaja dibangun agar beberapa naskah Batak yang saat ini berada di luar negeri bisa kembali ke Tanah Air," demikian ungkap Silalahi.
Museum Batak dibangun di Balige, Toba Samosir, Sumatra Utara. "Balige yang terletak di ketinggian 900 meter di atas permukaan laut sangat cocok untuk menyimpan koleksi benda bersejarah yang usianya ratusan tahun," Silalahi menjelaskan alasan pemilihan lokasi museum.
Museum Batak saat ini baru menyimpan sekitar 1.000 koleksi berbagai benda budaya milik enam puak Batak, yakni Toba, Mandailing, Angkola, Simalungun, Karo, dan Pakpak. (BIL)
REKOMENDASI HARI INI
Dewi Ular: Gambarnya Provokatif, Restorasi dan Interpretasinya Bermasalah
KOMENTAR