Perubahan Iklim Jadi Tantangan Bagi Cagar Biosfer Asia Pasifik
Selasa, 22 Februari 2011 | 15:39 WIB
Cagar biosfer di kawasan Asia Pasifik menghadapi tantangan serius. Sebuah pertemuan bertemakan “Are climate change and other emerging challenges being met through successful achievement of Biosphere Reserve function?” digagas untuk membahas isu tersebut.
Pertemuan yang diselenggarakan Komite Nasional Program Man and Biosfer-UNESCO Indonesia (LIPI dan Ditjen PHKA) bekerja sama dengan UNESCO Office Jakarta ini merupakan perhelatan ke-6 Southeast Asia Biosphere Reserve Network (SeaBRnet). Rencananya, acara akan berlangsung 23-25 Februari 2011 di Cipanas, Puncak, Jawa Barat.
Prof. Dr. Ir. Bambang Prasetya, Deputi Ilmu Pengetahuan Hayati (IPH) LIPI sekaligus Ketua Komite Nasional Program MAB-UNESCO Indonesia mengungkapkan bahwa adaptasi dan mitigasi perubahan iklim melalui pemeliharaan atau peningkatan konektivitas habitat dan penurunan karbon merupakan tujuan yang paling menantang dalam konservasi saat ini.
“Satu langkah penting untuk mencapai tujuan itu adalah dengan berbagi pengalaman dan pengetahuan melalui SeaBRnet dengan memfokuskan pada isu global akselerasi perubahan iklim, sesuai dengan rekomendasi SeaBRnet Meeting ke-5 di Cagar Biosfer Maolan, China”, katanya.
Cagar biosfer di Asia Pasifik masih memerlukan pengembangan capaian dan sistem yang komprehensif serta terintegrasi untuk mengonservasi ekosistem, menstimulasi ekonomi lokal agar dapat berkontribusi dalam pembangunan yang berkelanjutan, dan menstimulasi pertukaran antar pemangku kepentingan untuk menggunakan cagar biosfer sebagai laboratorium pembelajaran.
Menurut Bambang, hasil studi menunjukkan bahwa tantangan serius untuk cagar biosfer di Asia Pasifik menyangkut beberapa isu yaitu, kesadaran pemangku kepentingan lokal mengenai cagar biosfer, monitoring, rekonsiliasi perbedaan dalam hukum dan yurisdiksi dalam pemerintahan di level yang berbeda, perubahan iklim, menstimulasi ekonomi lokal dan mengurangi kerusakan ekosistem. “Kami berharap melalui acara ini, dapat membantu menghadapi isu-isu tersebut, memperkuat jaringan pembelajaran yang efektif, dan menstimulus usaha bersama untuk meningkatkan aspek-aspek kunci dari cagar biosfer”, tegasnya.
REKOMENDASI HARI INI
Shotel, Pedang Lengkung Bermata Dua yang Penting bagi Sejarah Afrika
KOMENTAR