Borobudur menghadapi masalah serius setelah terkena debu yang dikeluarkan saat Merapi erupsi.
Arkeolog dari manajemen Borobudur mengatakan kalau kondisi Borobudur setelah terkena debu erupsi Merapi sangat serius. Abu vulkanik dapat mempercepat korosi batuan candi. Abu juga menutup sistem drainase.
"Abu vulkanik nampak hanya seperti debu kecil yang tidak berbahaya, tapi sebetulnya material asam vulkanik bukan kombinasi yang baik untuk candi," kata pengrajin Warwick Pusher, menirukan perkataan arkeolog dalam kuliah publik yang diorganisir oleh Indonesian Heritage Society, di Erasmus Huis, Jakarta Selatan.
Abu vulkanik sulit dibersihkan. "Perlu kesabaran," kata Pusher yang sempat mengunjungi Borobudur tiga hari setelah erupsi. Selain itu, kini lapisan lumut hijau tumbuh pula dengan cepat.
Pusher, bersama arkeolog Toni Tack dan Kepala Divisi Kultural UNESCO unit Jakarta, Masanori Nagaoka memberikan uraian lengkap mengenai masalah yang dihadapi Borobudur, termasuk upaya penggalangan dana untuk rehabilitasi candi. "Hanya sedikit dana yang dianggarkan pemerintah untuk melakukan perbaikan berarti," jelas Pusher. UNESCO memperhitungkan, rehabilitasi candi kali ini akan membutuhkan biaya sedikitnya 1,2 juta dolar AS. Masanori mengatakan rehabilitasi total akan membutuhkan waktu 2 tahun.
Peran masyarakat pun dituntut mengingat Borobudur juga merupakan salah satu faktor dalam sumber pendapatan masyarakat sekitar candi.
Terakhir, pemugaran bagi candi Budha terbesar di dunia ini dilakukan pada tahun 1970 oleh Badan PBB UNESCO. (Sumber: Jakarta Post)
REKOMENDASI HARI INI
Century Egg, Telur Khas Tiongkok yang Memiliki Aroma Bak Urine Kuda
KOMENTAR