Sebuah eksperimen menunjukkan kalau gajah bukan sekadar bekerja sama, mereka memahami logika di belakang kerja sama.
Menurut Joshua Plotnik yang memimpin studi, kehidupan sosial gajah sangat kompleks. Grup gajah terdiri dari kawanan betina dengan perbedaan kedekatan antar-anggotanya. "Kerja sama pada gajah biasanya diperlukan untuk pengasuhan dan perlindungan bagi gajah-gajah muda," jelas Plotnik kepada Discovery News.
Di alam, ada banyak kisah kalau gajah bekerja sama mengangkat anggota grup yang terjatuh atau membentuk benteng untuk melindungi gajah-gajah kecil. Demikian dijelaskan oleh Plotnik yang seorang peneliti dari Cambridge University.
Plotnik yang dibantu oleh Richard Lair, Wirot Suphachoksahakun, dan Frans de Waal mengadakan pengujian terhadap 12 gajah jantan dan betina di Thai Elephant Conservation Center di Lampang, Thailand. Mereka menggunakan eksperimen klasik yang pernah dilakukan pada primata pada tahun 1930-an.
Para peneliti meletakkan sebuah meja geser dengan mangkuk merah berisi jagung beberapa meter dari sebuah jaring bola voli. Sebuah tali diikat sedemikian rupa sehingga meja itu hanya dapat bergerak apabila ditarik oleh 2 gajah. Ketika ditarik oleh 1 gajah, tali akan terurai.
Awalnya, peneliti membiarkan 1 gajah untuk menarik meja. Setelah mengetahui pekerjaan itu tidak mungkin, gajah akan menunggu "partner" hingga 45 detik dan melakukan pekerjaan itu bersama-sama. Apabila peneliti tidak melepaskan gajah kedua, gajah tidak melakukan apa-apa.
Sepasang gajah, Neua Un dan JoJo malah mengejutkan para peneliti. Neua Un menggunakan kakinya untuk menginjak tali sehingga JoJo dapat menarik tali itu sendiri tanpa membuat ikatan terurai.
JoJo malah mampu menemukan jalan lain ke mangkuk jagung untuk menghindari jaring bola voli. JoJo tidak melakukan "kecurangan" ini ketika bersama dengan gajah lain.
"Mungkin ia tahu kalau dengan menggunakan tali, ia akan gagal," kata Plotnik. Kemampuan belajar dan pemecahan masalah tingkat mahir plus kerja sama ini sangat jarang dalam dunia hewan. "Hewan lain punya kerja sama tim, tapi saya kira itu karena insting. Gajah sepertinya memahami seluruh proses kerja sama," tambah Plotnik.
Dengan temuan ini, para ilmuwan menempatkan gajah setara dengan simpanse dan lumba-lumba sebagai hewan dengan pengetahuan tingkat tinggi. (Sumber: Discovery News)
PROMOTED CONTENT
REKOMENDASI HARI INI
Arkeolog Ungkap Temuan Alfabet Tertua dari Makam Kuno di Suriah
KOMENTAR