Fakultas Biologi Program Magister Manajemen Universitas Gadjah Mada Yogyakarta akan membantu pengembangan potensi sumber daya alam berbasis riset di Desa Kemadang, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta. "Hal ini dilakukan untuk mendukung program peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di wilayah pesisir tersebut," kata Slamet Widiono, penggagas kegiatan tersebut.
Menurut Slamet, beberapa potensi sumber daya alam yang akan dikembangkan di antaranya budi daya tanaman cabai jawa, pemanfaatan tanaman pandan duri, konservasi penyu mandiri, pelestarian spons laut Aaptos, dan kitosan untuk obat antikanker.
Berdasarkan penelitian, potensi pertanian yang bisa sangat cocok dikembangkan di Desa Kemadang adalah pemanfatan potensi budi daya tanaman cabai jawa. "Budi daya cabai jawa masih sedikit, padahal kebutuhan pasar masih sangat tinggi," kata Slamet. Tanaman tersebut baru dikembangkan di empat daerah di Indonesia yakni Lampung, Lamongan, Madura, dan Pacitan.
Sementara itu menyangkut budi daya tanaman pandan duri, Retno Widiastuti, salah satu dari kelompok peneliti yang memberi sosialisasi menyebutkan, "Ada 600 jenis daun pandan yang ada di Indonesia. Gunung Kidul memiliki potensi bahan baku pandan terbesar se-DIY." Kendati demikian di Desa Kemadang pada khususnya, bahan baku pandan belum dimanfaatkan sebagai bahan kerajinan yang memiliki nilai tambah. Padahal, di daeah lain pandan telah diolah menjadi berbagai kerajinan seperti tas, aneka keranjang, tikar, kursi, dan meja.
Lurah Desa Kemadang, Sutono, mengatakan program pemberdayaan masyarakat untuk memanfaatkan sumber daya alam diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kemadang yang 80 pesen bekerja sebagai petani tegalan dan nelayan musiman. "Dapat menambah ilmu, pendapatan, dan keterampilan. Dengan begitu, menambah kesejahteraan masyarakat," tuturnya.
Ia menerangkan bahwa di Desa Kemadang tercatat sekitar 6.800 jiwa atau 1.636 KK. Dari jumlah itu, sebagian masyarakat masuk dalam kategori prasejahtera.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR