Pasangan calon pengantin Jeng Reni, putri Sultan Hamengku Buwono X, dan Achmad Ubaidillah mendapat gelar dan nama baru dalam prosesi yang berlangsung pada hari Minggu (3/7) di Bangsal Kesatrian Keraton Yogyakarta. Prosesi ini termasuk suatu tahapan dalam proses pernikahan Kerajaan Islam Jawa.
Achmad Ubaidillah, SE, Msi, yang akrab dipanggil Ubai, mendapat gelar kebangsawanan Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) dan mendapat nama baru Yudanegara. Sedangkan Gusti Raden Ajeng (GRAj) Nur Astutiwijareni.B.A atau Jeng Reni mendapat gelar dan nama baru Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Bendara B.A. Pemberian gelar dan nama baru ini tercatat dalam surat keputusan dari Keraton Yogyakarta dengan nomor 0031/KHPP/RW-VII/BE.1944.2011 yang berisi Kersa Dalem Manisuda Calon Mantu Dalem Menjadi Kangjeng Pengeran Harya.
Pengageng Kawedanan Hageng Panitrapura GBPH H Joyokusumo menjelaskan kedua nama baru tersebut adalah permintaan kedua pasangan calon pengantin dan sudah disetujui oleh Sultan HB X. Nama baru ini akan dipakai seumur hidup karena keduanya sudah menjadi bagian dari Keraton Yogyakarta.
Tradisi pergantian nama tersebut adalah tradisi keraton yang merupakan salah satu syarat untuk putra-putri Keraton yang akan menikah. Biasanya nama baru ini diperoleh dari nama para pendahulu. Tujuannya, agar calon pengantin bisa meniru sikap kepemimpinan pendahulunya serta sikap-sikap positif lainnya.
Achmad Ubaidillah yang menjadi saat ini menjadi salah satu staff Wapres mengaku nama barunya Yudanegara merupakan usulan dari mantan Sekretaris Wapres Tursandi Alwi. Nama Yudanegara sangat mewakili karakter Ubai yang tegas dan disiplin dan bekerja di lingkungan pemerintahan. Untuk Jeng Reni, nama Bendoro dipilih karena dianggap paling cocok untuk karakter dirinya dan banyak dipakai oleh leluhur.
Pernikahan pasangan tersebut berlangsung di Keraton Yogyakarta sekitar 16 hingga 19 Oktober mendatang. Jeng Reni, putri Sultan Hamengku Buwono X dan Achmad Ubaidillah adalah pasangan yang akan diberi gelar dan nama baru.
REKOMENDASI HARI INI
Bakteri dan Lumut Buat Tembok Besar Tiongkok Kokoh Selama 2 Milenium?
KOMENTAR