Teater Getapri, satu kelompok teater yang berangkat dari Festival Teater Jakarta tahun 1998, dalam semangat memajukan dunia teater Indonesia, menyelenggarakan pentas berjudul "Shan Liang" pada 22 dan 23 Juli mendatang di Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Cikini, Jakarta.
Naskah "Shan Liang" yang diangkat berdasarkan sebuah cerita rakyat China ini disutradarai Siti Artati, menyutradarai pementasan "Laksamana Cheng Ho" beberapa waktu lalu. "Shan Liang" bercerita mengenai perjuangan seorang anak yang menginginkan ibunya, seorang penyihir, menjadi baik.
Menurut Tati, panggilan akrab Siti Artati, Getapri memilih naskah teater ini demi akulturasi kebudayaan China dengan Indonesia. "Lagipula, legenda semacam ini sekarang sudah tergantikan hal-hal lain. Ke mana perginya tradisi lama yang bukan hanya mengandung edukasi, tapi secara batin telah mengikat suatu hubungan? Atas dasar pemikiran tersebutlah kami coba menyajikan tontonan yang bisa mengingatkan kita pada tradisi yang nyaris hilang."
Para pendukung "Shan Liang" antara lain Anna Tarigan, Ratna Listy, dan Oim Ibrahim.
Sementara penata koreografi Dewi Hafianti mengatakan, ia tidak mengandalkan penari, tetapi para pemain teater yang tidak terbiasa menari. "Yang utama, tarian harus mendukung adegan, bagaimana pemain teater itu mengeksplorasi gerak. Koreografinya pun ke arah gerak-gerik mimikri dan pantomim. Saya kira menarik," ungkap Dewi.
Bertahan di Teater
Teater Getapri berupaya tetap produktif meski terbentur masalah finansial untuk menunjang kelangsungan hidup. "Teater selama ini cenderung dinilai sebagai kegiatan yang tidak menguntungkan," kata Siti Artati.
Padahal walau tergolong idealis, bukan berarti teater tidak bisa merakyat. "Sejak 2006, (produksi) kami mulai lebih gamblang, dan sifatnya lebih bisa diterima oleh masyarakat semua kalangan," alumni jurusan Teater Institut Kesenian Jakarta itu menjelaskan. Ia menambahkan, "Kami berharap dan yakin bahwa suatu saat teater akan menjadi lahan pekerjaan profesional di Indonesia, asalkan didukung SDM yang benar."
Pertunjukkan kali ini, seperti dituturkan Dewi Hafianti, merupakan perpaduan tari, musik, dan teater, hingga niscaya publik khususnya anak-anak muda melihat ada sesuatu yang menarik untuk ditonton.
Penulis | : | |
Editor | : | Palupi Annisa Auliani |
KOMENTAR