Meskipun tidak ada gabus atau benda lain apa pun melindunginya, botol tersebut maupun kertas pesan di dalamnya tidak ada yang rusak.
Isi pesan dalam botol ini bukanlah seruan minta tolong dari beberapa paria miskin yang terdampar di pulau terpencil seperti yang ditunjukkan di film-film klise. Namun isi pesan ini menunjukkan bahwa pesan dalam botol itu merupakan bagian dari eksperimen Jerman yang berlangsung dari tahun 1864 hingga 1933 untuk memetakan arus laut.
Selama waktu tersebut, ribuan botol dibuang ke laut dari kapal-kapal Jerman. Masing-masing berisi secarik kertas yang ditandai dengan tanggal, koordinat pasti kapal ketika botol itu dibuang, nama kapal, pelabuhan asalnya, dan rute perjalanannya.
Baca Juga: Dewaruci dan Khilafnya Negeri Bahari
Di sisi lain dari catatan itu ada kuesioner bahwa siapa pun yang menemukan botol itu diminta menuliskan kapan dan di mana botol itu ditemukan. Selain itu, penemunya juga diminta untuk mengirimkan catatan itu kembali ke Observatorium Angkatan Laut Jerman di Hamburg atau Konsulat Jerman terdekat.
Tinta dari pena kapten dalam kertas pesan dalam botol itu telah memudar. Jadi suami Tonya, Kym Illman, mulai bekerja menyelidiki, dan dapat melihat beberapa tulisan, seperti data tanggal, koordinat, rute, dan nama kapalnya. Isi tulisan pesan dalam botol tersebut adalah sebagai berikut:
Botol ini dibuang ke laut
Pada 12 Juni 1886
Di 32° 49' Lintang Selatan
Dan 105° 25' Bujur dari Greenwich East
Dari : Bark
Kapal : Paula
Asal (pelabuhan): Elsfleth
Kapten: D [tidak terbaca]
Dalam perjalanannya dari: Cardiff
Ke: Makassar
Penemu diminta untuk mengirimkan kertas dalam botol ke Observatorium Angkatan Laut Jerman di Hamburg atau konsulat terdekat untuk dikembalikan ke instansi yang sama setelah mengisi kuesioner informasi di bagian belakang.
Baca Juga: Temuan Pesan dalam Botol 1926, Ternyata Direspons Anak Si Penulis
Punya Cara Komunikasi yang Unik, Bisakah Hewan Mempelajari 'Bahasa' Spesies Lain?
Source | : | Science Alert |
Penulis | : | Utomo Priyambodo |
Editor | : | Mahandis Yoanata Thamrin |
KOMENTAR