Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada mulai merintis riset desain reaktor nuklir dengan teknologi terbaru, untuk mengatasi masalah kebutuhan listrik.
Kepala Laboratorium Teknologi Energi Nuklir FT UGM, Andang Widiharto mengatakan, pada 2025 mendatang kebutuhan energi listrik Indonesia diprediksi mencapai 100.000 megawatt. Sementara di 2011 ini, Indonesia baru mampu memenuhi kebutuhan listriknya sekitar 30.000 megawatt.
"Kekurangan 70 ribu megawatt tenaga listrik tidak cukup jika hanya mengandalkan dari energi batubara, minyak, dan gas maupun geotermal," tuturnya. Riset reaktor nuklir tersebut terdiri atas riset reaktor pembangkit daya dan riset tentang produksi reaktor isotop yang digunakan untuk, misalnya, bidang kesehatan dan industri.
Riset tenaga nuklir, terutama untuk pembangkit daya, diharapkan dapat menciptakan sebuah desain dan konsep reaktor nuklir yang lebih unggul dibandingkan dengan reaktor-reaktor yang sudah ada saat ini. “Konsep dan desain sebuah reaktor yang lebih hemat bahan bakar, misalnya dengan sistem daur ulang limbah. Selain itu, tentu dengan (menerapkan) sistem tingkat keselamatan yang lebih baik,” jelas Andang.
Dekan Fakultas Teknik UGM, Tumiran, menambahkan pula bahwa konsumsi energi listrik nasional masih kecil dibandingkan dengan konsumsi energi listrik beberapa negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, Vietnam, dan Korea Selatan. Indonesia saat ini memiliki konsumsi energi listrik mencapai 591 kwh/kapita, Malaysia 3.490 kwh/kapita, Singapura 8.185 kwh/kapita, Vietnam 799 kwh/kapita, dan Korea Selatan 8.853 kwh/kapita. Sementara itu, konsumsi listrik AS mencapai 13.654 kwh/kapita dan Kanada 17.061 kwh per kapita.
“Itulah kondisi kelistrikan Indonesia dibandingkan beberapa negara tetangga. Belum lagi jika bicara tentang distribusi yang belum merata, masih terpusat di Jawa,” ujar Tumiran.
Penulis | : | |
Editor | : | Bambang Priyo Jatmiko |
KOMENTAR