Kurang lebih 200 angkringan gratis akan disajikan di sepanjang Jalan Malioboro, Yogyakarta pada 18 Oktober mendatang, untuk menyemarakkan acara pernikahan putri bungsu Sultan Hamengkubuwono X.
Yulius Felicianus, salah satu panitia penyelenggara mengatakan, angkringan ini merupakan wujud rasa bahagia dari rakyat kepada Keraton Yogya yang tengah menyelenggarakan royal wedding antara GKR Bendara dengan KPH Yudanagera ini. "Selama ini rakyat memandang bahwa kepemimpinan Sultan Yogyakarta dapat membawa Yogyakakarta menjadi daerah yang damai dan tenteram. Angkringan ini menjadi wujud rasa hormat pada keraton Yogyakarta," terangnya.
Makanan dan minuman yang merupakan jajanan khas Yogya itu disajikan berasal dari seluruh warga Yogyakarta. "Setiap pengunjung bisa memakannya," ujar Yulius. Ternyata apresiasi warga Yogyakarta pada royal wedding tak sebatas pada angkringan. Masyarakat Manggarai, NTT, misalnya, pada Minggu (16/10) akan menyelenggarakan sebuah acara Pentas Seni Budaya Manggarai di halaman Puro Pakualaman. Salah satu acaranya adalah tabuh gendang, dimana para pemain akan adu ketrampilan atau merespon dalam menabuh gendang.
Makna saling merespon ini menunjukkan bahwa masyarakat Manggarai yang ada di Yogya juga merasa senang bahwa kedatangannya di kota Yogya disambut dan diterima baik. "Ini menunjukkan bahwa antara warga Manggarai dan warga Yogya lainnya saling menyapa, saling bahu-membahu, saling menjaga dan hidup harmonis sebagaimana irama yang ditimbulkan oleh gendang yang ditabuh itu," ujar Yulius.
Sementara itu pada 17-18 Oktober, para seniman akan menyelenggarakan malam sastra di benteng Vredeburg. Sepanjang pagi hingga siang, ada beberapa pentas tari dari berbagai daerah, seperti Barongsai, Reog Ponorogo, Angguk, dari Dayak, dan lain-lain.
Prosesi royal wedding Keraton Yogyakarta ini bakal dimulai sejak 16 Oktober. Berbagai upacara adat Keraton akan mewarnai prosesinya.
Penulis | : | |
Editor | : | Bambang Priyo Jatmiko |
KOMENTAR