Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) mengembangkan bahan komposit sehingga menjadikannya bahan yang lebih ringan untuk industri serta kesehatan. Teknologi ini diperagakan pada hari Jumat (11/11) pada acara Material-Metallurgy Fair 2011.
Pengembangan teknologi bahan komposit ini berguna untuk mengganti logam yang selama ini digunakan pada dunia industri. "Di luar negeri, bahan komposit ini sudah dikembangkan, seperti untuk pesawat. Karena pesawat membutuhkan bahan yang lebih ringan," jelas Ketua Material Inovation and Research Club, Steven. Untuk di Indonesia, sudah pernah ada percobaan penggunaan bahan komposti pada tank di tahun 1998.
Pembuatan bahan komposit ini lebih mudah dibandingkan dengan pembuatan logam. "Proses yang kami gunakan di ITB adalah wet lay up. Dasar permukaan diberi lilin agar tidak lengket, kemudian campuran antara resin dan katalis dituangkan ke bahan yang akan digabungkan. Setelah itu gabungan bahan dasar dan serat itu kemudian dipres dan didiamkan selama dua hari," jelas Menteri Keprofesian dan Pendidikan Himpunan Mahasiswa Teknik Material, Milda Hapsari.
Selain lebih mudah dari pembuatannya, bahan komposit ini memiliki bobot yang lebih ringan dibandingkan logam. "Kalau kita menggunakan baja, bisa diganti dengan bahan komposit dari karbon yang memiliki total bobot hanya satu per empat dari baja," ungkap Steven. Sebenarnya, komposit sudah cukup populer di luar negeri seperti di Jepang, namun untuk di Indonesia sendiri masih belum banyak digunakan karena beberapa faktor.
"Hal ini dikarenakan ilmu komposit belum cukup populer dan terekspos. Sumber daya ahli mengenai ilmu komposit juga belum banyak di Indonesia," papar Steven yang ditemui di ITB.
Punya Cara Komunikasi yang Unik, Bisakah Hewan Mempelajari 'Bahasa' Spesies Lain?
Penulis | : | |
Editor | : | Kontributor Lampung, Eni Muslihah |
KOMENTAR